EVI HANIZAR, 090013759 D (2004) Delesi Region AZF (Azoospermic Factor) dalam Kromosom Y Pria Infertil Berdasarkan Etnis di Indonesia. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-hanizarevi-3414-dism03-k.pdf Download (548kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
32777.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Penyebab utama infertilitas pria adalah abnormalitas spermatozoa yang meliputi konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa. Abnormalitas konsentrasi spermatozoa yang termasuk kelompok azoospermia (tidak ada spermatozoa dalam ejakulat) dan severe oligozoospermia ( jumlah spermatozoa < 5 juta/ ml ejakulat) idiopatik diduga berhubungan dengan delesi gen region AZF dalam lengan panjang kromosom Y (Yq). Region tersebut terbagi atas subregion AZFa, AZFb dan AZFc. Berbagai hasil kajian genetik pada pria infertil dengan konsentrasi spermatozoa abnormal belum menunjukkan keseragaman hubungan genotip - fenotip tentang lokasi delesi dengan abnormalitas konsentrasi spermatozoa. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan dalam hal penentuan lokus DNA, metode, kriteria pemilihan sampel serta etnis sampel. Di Indonesia, masalah infertilitas pria selama ini hanya dikaji secara klinis dan laboratories, belum ada laporan tentang kajian genetik padahal lndonesia terdiri dari multietnis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prevalensi delesi region AZF pada pria infertil dengan konsentrasi spermatozoa abnormal, mengetahui peran delesi terhadap berbagai abnormalitas kuantitas dan kualitas spermatozoa serta mengetahui pengaruh etnis terhadap terjadinya delesi dalam region AZF. Sampel penelitian terdiri dari 100 pria infertil primer yang diseleksi berdasarkan hasil analisis semen, sedangkan etnis sampel ditentukan dari garis perkawinan yang mana tiga generasi diatas sampel harus mengadakan perkawinan dengan etnis yang sama dengan sampel. Analsis delesi menggunakan DNA yang diekstraksi dari darah perifer dengan menggunakan kit Wizzard Genomic DNA Purification. Selanjutnya DNA diamplifikasi melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction) menggunakan primer untuk STS (Sequence-tagged Sites) RBM (AZFb) dan DAZ (AZFc). Visualisasi hasil PCR menggunakan gel agarose 2 % dan staining dalam etidhium bromide. Sampel yang digunakan untuk analisis delesi STS-RBM dan DAZ adalah sampel yang mempunyai gen penentu faktor testis SRY (Sexdetermining Region, Y chromosome), yang sebelumnya ditunjukkan melalui amplifikasi positip terhadap primer STS-SRY; memperlihatkan pita DNA 472 bp. Sampel dikatakan delesi untuk gen RBM dan DAZ apabila visualisasi hasil PCR tidak menunjukkan pita DNA untuk STS-RBM 550 bp dan DAZ 400 bp setelah dilakukan tiga kali PCR berturut-turut. Data dianalisis menggunakan analisis statistik Chi-Square (X²) , dan untuk mengetahui adanya gen RBM dan DAZ, hasil PCR untuk gen tersebut disekuensing serta dikonfirmasi dengan sekuen dari NCBI (National Center of Biotechnology Information). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi delesi pada kelompok azoospermia (29,7 %) lebih tinggi dibanding kelompok oligozoospermia hingga severe oligozoospermia (oligo-severe oligozoospermia) (18,7 %). Delesi yang melibatkan dua STS (RBM+DAZ) paling banyak terjadi pada kelompok azoospermia, sedangkan delesi pada satu STS (DAZ) paling banyak pada kelompok oligo-severe oligozoospermia. Hal ini berarti delesi yang melibatkan lebih dari satu STS mengakibatkan abnormalitas konsentrasi spermatozoa yang lebih parah. Keadaan ini didukung dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) tentang delesi antara kelompok azoospermia dan oligoastenoteratozoospermia (OAT = mereka yang mempunyai jumlah spermatozoa < 20 jutal ml, motilitas normal < 50 % dan morfologi normal < 30 %). Analisis delesi terhadap abnormalitas kuantitas dan kualitas spermatozoa yang meliputi konsentrasi, motilitas dan morfologi spermatozoa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0.05). Region AZF mengandung gen-gen yang berperan dalam proses perkembangan spermatozoa, fungsi tersebut dapat diekspresikan pada tahap pembentukan spermatogonia, spermatosit atau spermatid. Hingga kini telah dikenal lebih dari 300 STS yang berhubungan dengan fungsi tersebut, sehingga untuk menghasilkan spermatozoa yang normal tidak hanya ditentukan oleh kedua gen RBM dan DAZ tetapi memerlukan keterlibatan gen lain. Terjadinya delesi region AZF ternyata tidak dipengaruhi oleh etnis ( p > 0,05). Masing-masing kelompok etnis (Jawa, non Jawa, Cina dan asing) mengalami kemungkinan yang sama untuk terjadinya delesi. Namun demikian etnis Jawa paling banyak mengalami delesi yang melibatkan dua STS yaitu RBM dan DAZ (9,9 %) sedangkan etnis Cina paling banyak mengalami delesi pada satu STS (DAZ). Analisis delesi terhadap karakter semen (pH dan volume), kadar hormon FSH serta volume testis juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya pemeriksaan genetik bagi pria infertil azoospermia atau severe oligozoospermia idiopatik. Selain itu perlu diadakan kajian delesi region AZF untuk STS lain dengan variabel spermatozoa yang lain misalnya vitalitas atau kapasitasi spermatozoa.
Item Type: | Thesis (Disertasi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK Dis M 03/04 Han d | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | AZF (Azoospermic Factor) region, deletion, male infertility, azoospermic, severe oligozoospermic, spermatogenesis. | |||||||||
Subjects: | H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV3176-3199 Special classes. By race or ethnic group Q Science > QM Human anatomy |
|||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Anisa Septiyo Ningtias | |||||||||
Date Deposited: | 20 Jun 2017 16:38 | |||||||||
Last Modified: | 20 Jun 2017 16:39 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32777 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |