Desak Agung Made Megawati (2015) Kedudukan Hukum Laki-Laki "Nyentana" Menurut Hukum Adat Bali. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Text (COVER)
1. COVER.pdf Download (321kB) |
|
Text (LEMBAR PENGESAHAN)
2. LEMBAR PENGESAHAN.pdf Download (250kB) |
|
Text (ABSTRAK)
3. ABSTRAK.pdf Download (282kB) |
|
Text (KATA PENGANTAR)
4. KATA PENGANTAR.pdf Download (254kB) |
|
Text (DAFTAR ISI)
5. DAFTAR ISI.pdf Download (255kB) |
|
Text (BAB I)
6. BAB I PENDAHULUAN.pdf Restricted to Registered users only Download (506kB) | Request a copy |
|
Text (BAB II)
7. BAB II KEDUDUKAN HUKUM LAKI-LAKI NYENTANA.pdf Restricted to Registered users only Download (454kB) | Request a copy |
|
Text (BAB III)
8. BAB III AKIBAT HUKUM ANAK YANG LAHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (401kB) | Request a copy |
|
Text (BAB IV)
9. BAB IV PENUTUP.pdf Restricted to Registered users only Download (281kB) | Request a copy |
|
Text (DAFTAR BACAAAN)
10. DAFTAR BACAAN.pdf Download (285kB) |
Abstract
Dalam pandangan masyarakat Bali, anak laki-laki memang mempunyai nilai penting dalam menjalankan kehidupan di dunia nyata, baik dalam kehidupan keluarga maupun kemasyarakatan. Pada anak laki-laki digantungkan harapan sebagai penerus generasi; memelihara dan memberi nafkah jika orang tuanya sudah tidak mampu; melaksanakan upacara agama (seperti: ngaben, dan lain-lain) serta selalu bhakti kepada leluhur yang bersemayam di sanggah atau merajan, dan menggantikan kedudukan bapaknya dalam masyarakat kalau anak tersebut sudah kawin (menjadi kerama banjar atau kerama desa). Arti penting anak laki-laki bagi kehidupan seseorang di alam kekekalan (suargaloka) adalah berkaitan dengan kepercayaan bahwa proses seseorang untuk mencapai alam sorga sangat ditentukan oleh adanya seorang cucu laki-laki sebagai penerus keturunan yang selanjutnya akan mengantarkan roh leluhur kealam sorga, I cucu nyupati I kaki Namun tidak jarang sistem kekeluargaan patrilineal yang dianut dalam masyarakat hukum adat di Bali menimbulkan suatu permasalahan. Salah satu permasalahan tentang penarikan garis keturunan laki-laki, apabila dalam satu keluarga hanya memiliki anak perempuan. Tidak semua keluarga pada masyarakat hukum adat di Bali memiliki anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Untuk mengatasi permasalahan keturunan tersebut, agama Hindu yang dianut sebagian besar masyarakat hukum adat di Bali memberikan peluang kepada hukum adat (dresta) untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu dari peluang tersebut adalah dengan cara melakukan bentuk perkawinan yang dikenal pada masyarakat hukum adat di Bali, yaitu kawin Nyentana atau Nyeburin.
Item Type: | Thesis (Thesis) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 TMK.113/15 Meg k | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Marriage, Nyentana, Balinese customary law s | ||||||
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology > HM(1)-1281 Sociology > HM621-656 Culture K Law > K Law (General) > K1-7720 Law in general. Comparative and uniform law. Jurisprudence > K190-195 Ethnological jurisprudence. Primitive law |
||||||
Divisions: | 03. Fakultas Hukum > Magister Kenotariatan | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Nn Sheli Erlangga Putri | ||||||
Date Deposited: | 2016 | ||||||
Last Modified: | 17 May 2020 05:32 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/33722 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |