MOHAMAD ILHAM, 090315040M
(2006)
IMPLEMENTASI STRATEGI BERORIENTASI PADA 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE) DAN PENGEMBANGAN PEKERJAAN UNTUK CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENTS : Studi Pada Seksi Produksi PT BERLINA Tbk.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Strategi atau program yang dapat mendorong pencapaian produk yang berkualitas diantaranya adalah Continuous Quality Improvements (CQI) atau Kaizen dan sikap kerja 53 (Seri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Sort, Set in order, Shine, Standardize dan Sustain. Salah satu alasan revisi ISO 9000:1994 menjadi ISO 9000:2000 adalah memasukkan elemen-elemen 5S ke dalam sistem manajemen mute. Keberhasilan implementasi strategi 5S tidak lepas dari kepemimpinan yang berperan menciptakan suasana kerja yang kondusif, memberi bimbingan, arahan dan kepercayaan kepada bawahan. Kerjasama antar karyawan yang baik dan dilakukan secara berkesinambungan. Pengawasan yang selalu dilakukan oleh atasan baik melalui laporan maupun langsung ke lapangan. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia untuk semua level karyawan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan menambah wawasan. Struktur organisasi yang mendukung implementasi strategi ditunjukkan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas di dalam organisasi untuk menghindari overlapping. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai serta berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kegimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Implementasi Program 5S dan pengembangan pekerjaan dapat efektif karena perusahaan melakukan langkah-langkah: Menyusun Manual 5S Membentuk Komite 53 di tingkat perusahaan. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada foreman dan head of Melakukan kampanye program 5S, membahasakan program 5S dalam bentuk bahasa verbal, bahasa gambar (poster dan photo), slogan dan sikap keteladanan. Mengimplementasikan program 5S dalam empat tahapan dan menentukan waktu pelaksanaannya, pada akhir setiap tahap dilakukan audit dan evaluasi. Menunjukkan keteladanan Bari pimpinan melalui kegiatan Hari Selasa Bersih anpa Sampah. 2. Evaluasi dan monitoring setelah tahapan-tahapan 5S selesai dijalanl:an lemah, program 5S mulai kehilangan daya tarik. 3. Head of dan foreman memiliki peranan yang sangat penting untuk keberhasilan implementasi program 5S. Arahan, teguran, ketegasan, kedisiplinan dan keteladanan yang ditunjukkan kepada bawahan mendorong keberhasilan implementasi program 5S. Informasi dan komunikasi antar karyawan satu shift, antar shift dan foreman antar seksi cukup bagus. 4. Nilai-nilai (budaya) positif organisasi adalah: kekeluargaan, kerjasama, kcrukunan, komunikasi, mandiri, dinamis dan disiplin menjadi modal yang sangat besar untuk mengeliminasi hambatan-hambatan dan dampak negatii implementasi program 5S. Manfaat program 5S yang paling dirasakan karyawan adalah: kebersihan lokasi kerja, kenyamanan bekerja, memudahkan pekerjaan, kerapian tempat kerja, kecepatan dalam bekerja kesehatan dan keselamatan kerja dan meningkatnya disiplin kerja. Usulan yang disampaikan karyawan untuk menirgkatkan keberhasilan implementasi program 5S adalah: memotivasi karyawan, meningkatkan komitmen dan dukungan manajemen, meningkatkan kerjasama seluruh karyawan (di dalam seksi, antar seksi, atasan dengan bawahan), memenuhi dan melengkapi sarana kebersihan, memperbaiki sistem audit 5S dan manajemen TPA/TPS. Untuk lebih rMengoptimalkan keberhasilan implementasi program 5S, ada beberapa saran yang perlu disampaikan: 1. Perbaikan dan peningkatan di level manajemen : - Ada kesepakatan, kesepahaman dan persamaan persepsi mengenai program 5S. - Dukungan terhadap implementasi program 5S dengan melakukan evaluasi dan monitoring secara periodik implementasi program 5S dan kinerja Komite 5S. - Komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antara manajemen dengan Komite 5S. 2. Perbaikan dan peningkatan program 5S dan Komite 5S: Ada peningkatan standar 5S dari waktu ke waktu setelah melalui proses evabnasi dan monitoring. Memperbaiki sistem evalliasi dan monitoring dengan melibatkan manajemen, hasil audit dari seluruh seksi diketahui oleh QMR dan dilaporkan kepada manajemen. Mengoptimalkan penggunaan papan komunikasi sebagai sarana sosialisasi program 5S, papan komunikasi dibuat lebih menarik dan isinya selalu up date. Struktur organisasi Komite 5S perlu diperbaiki dengan melibatkan karyawan level administrasi dan foreman dalam Komite 5S. Melakukan perubahan checklist audit 5S, penilaian 5S langsung pada obyek yang dinilai. Merevisi Manual 5S menjadi 5S Guidance dilengkapi dengan tata cara audit 5S. Komunikasi Komite 5S dengan seksi dan karyawan di dalam tiap-tiap seksi perlu diperbaiki dan ditingkatkan, brifing foreman shift kepada bawahannya perlu dilakukan kembali dan pertemuan seluruh foreman dalam satu seksi perlu diadakan secara rutin untuk keberhasilan implementasi program 5S. Pelatihan tentang program 5S untuk seluruh karyawan sampai level selektor, perlu ditambah riateri pelatihan lain yang berkaitan dengan 5S, iisalnya: team work, praduktilitas, Kaizen, Poka Yoke. Sebaiknya pelatihan dilakukan internal perusahaan dengan memanfaatkan kemampuan karyawan yang berkompeten, misalnya pelatihan 5S dilakukan oleh anggota Komite 5S. Sebaiknya implementasi program 5S dikaitkan dengan metode dan alat kualitas (misalnya: Poka Yoke, Kaizen atau BPR) agar 5S lebih menarik dan tidak hanya identik dengan bersih-bersih saja. Jika memungkinkan program 5S dikaitkan juga dengan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan sistem manajemen lingkungan.
Actions (login required)
|
View Item |