MUHLAS UDIN, 099913543M (2002) STRATEGI PEMBINAAN MASYARAKAT LANJUT USIA BIDANG KESEHATAN DI KOTA SURABAYA BERDASARKAN MODEL ANALISIS STRATEGI 5P DARI MARION J. BALL. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) 5.pdf Download (207kB) | Preview
Preview	Text (HALAMAN DEPAN) jiptunair-gdl-s2-2003-udin2c-708-marion-tka_28-03-HLM.pdf Download (320kB) | Preview
Preview	Text (FULLTEXT) jiptunair-gdl-s2-2003-udin2c-708-marion-tka_28-03-FULL.pdf Download (2MB) | Preview
Preview	Text (LAMPIRAN) jiptunair-gdl-s2-2003-udin2c-708-marion-tka_28-03-LAMP.pdf Download (521kB) | Preview

Abstract

Perbaikan status kesehatan yang diikuti dengan menurunnya angka kelahiran mengakibatkan proporsi penduduk lansia semakin tinggi. Status kesehatan lansia yang semakin lama semakin turun tanpa diikuti tabungan lansia untuk biaya kesehatan yang cukup akan menyedot dana masyarakat untuk biaya perawatan lansia. Agar lansia tetap sehat dan berguna di hari tua serta tidak menjadi beban masyarakat dan keluarganya, mereka memerlukan pembinaan yang menyeluruh dan terpadu serta berkelanjutan. Untuk itu diperlukan strategi pembinaan yang baik agar seluruh kebutuhan dan harapan lansia dapat dipenuhi dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasi lansia usia &amp;#8805; 60 tahun dan telah tinggal di Surabaya se-kurang-kurangnya selama setahun atau telah memiliki Kartu Tanda Penduduk Surabaya. Besar Sampel adalah 165 orang yang dipilih secara multistage random sampling di 2 kelurahan masing-masing dalam wilayah kerja puskesmas yang hasil pembinaan lansianya kurang dari 60% dan puskesmas yang hasil pembinaan lansianya lebih dari 60%. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi pembinaan lansia yang sesuai dengan faktor ekstemal dan faktor internal organisasi yang teridentifikasi dengan memperhatikan Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Secara umum lansia di kota Surabaya memiliki karakteristik positif yang dapat mendorong terselenggaranya pembinaan lansia sesuai dengan tujuan pembinaan yang telah ditentukan. Karakteristik tersebut adalah: lansia yang memiliki penghasilan adalah 60.83%, tingkat ketergantungan lansia 30.83%, persepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan, terhadap pelayanan puskesmas, terhadap petugas puskesmas dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan lansia yang cukup yaitu sebesar 67.21 %. Akan tetapi lansia juga memiliki karakterisitik negatif yang mungkin akan menghambat jalannya pembinaan. Karakterisitik tersebut adalah tingkat pengangguran yang tinggi yaitu sebesar 51.67% dan persepsi tentang hasil pembinaan yang jelek. Puskesmas sebagai unit pelaksana pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya memiliki beberapa karakteristik yang merupakan kekuatan dalam pembinaan lansia yaitu adanya jadual pelayanan lansia, adanya kewenangan mendesain produk pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dan hasil stratifikasi puskesmas yang 100% baik. Sedangkan kelemahannya adalah: jumlah petugas pembina lansia yang jelek sebesar 71.43%, pengetahuan petugas tentang pembinaan lansia yang jelek sebesar 71.43%, kerjasasama puskesmas yang jelek sebesar 57.14%, dan penelitian puskesmas yang jelek sebesar 78.57% , serta upaya inovasi yang jelek senesar 57.14%. Strategi terbaik bagi puskesmas untuk meningkatkan daya saing adalah strategi stabilitas yang diimplementasikan dalam strategi fungsional Posyansi atau Pos Pelayanan Lanjut Usia yang merupakan suatu kegiatan dari lansia untuk lansia dengan semangat saling asah, saling asih dan saling asuh. </description

Actions (login required)

View Item