Nurul Huda, 090014103
(2003)
KYAI DAN GENDER STUDI TENTANG PANDANGAN KYAI PWNU JAWA TIMUR TERHADAP PRESIDEN PEREMPUAN.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Kyai merupakan gelar yang disandang oleh seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang ilmu-ilmu hukum (Figh, Tauhid, Tasawuf). agama Islam. mereka mempunyai peran esensial dalam masyarakat. Keberadaan Kyai dalam masyarakat merupakan sarana pengontrol budaya yang masuk dalam lingkungan masyarakat. Jawa timur adalah tempat lahirnya organisasi keaagamaan Nandlatul Ulama' (NU) tepatnya di kota Surabaya. Nandlatul Ulama' merupakan suatu organisasi yang beranggotakan para kyai, dimana para kyai sangat kreatif dan aktif dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat setempat. Dalam era reformasi ini terdapat suatu pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Munculnya presiden perempuan menjadikan polemik yang runcing di antara para tokoh-tokoh agama Islam (KUII, NU, Muhammadiyah). Pemikiran kyai NU cenderung dianggap tradisional dan melestarikan budaya-budaya lokal dianggap bias gender. Pendapat tersebut tidak semuanya benar, karena berdasarkan data yang kami peroleh pada penelitian ini, ternyata pandangan para kyai tentang kesetaraan gender dalam meraih kursi presiden sangat bervariasi. Beberapa kyai menyatakan bahwa memang ada bias gender secara mutlak antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan dalam meraih kursi presiden. Akan tetapi ada juga beberapa kyai yang menyatakan setara secara mutlak. Begitu pula pandangan para kyai tentang kedudukan presiden perempuan juga sangat bervariasi. Dari beberapa kyai yang menyatakan bahwa terdapat bias gender secara mutlak dalam meraih kursi presiden, ternyata ada yang berpandangan bahwa kedudukan presiden perempuan adalah sah baik menurut hukum agama Islam maupun hukum negara. Kyai merupakan elemen suatu masyarakat dalam menanggapi serta menyikapi suatu fenomena seringkali sebagian dan mereka menanggapinya dengan ajaran-ajaran agama Islam secara tekstual, tanpa melihat makna ajaran tersebut secara kontekstual dan ajaran tersebut. Pemahaman ajaran agama secara tekstual atau kontekstual menyebabkan pandangan kyai NU jawa Timur berbeda dalam menangkap fenomena Presiden perempuan. Faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam menyikapi tentang presiden perempuan adalah latar belakang pendidikan dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Dengan berlandaskan kenyataan yang terjadi di lapangan tersebut, maka perlu adanya pemberdayaan terhadap figur kyai menuju suatu kerangka dasar berfikir untuk pemahaman tentang keadilan gender laki-laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin di organisasi-organisasi atau institusi-institusi negara baik dalam jajaran eksekutif maupun legeslatif. Hal ini sangatlah diperlukan, jika dilihat kyai merupakan figur dalam masyarakat yang senantiasa terlegimitasi oleh masyarakat secara emosional dan sangat berpengaruh terhadap pola berfikir masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung didalam menanggapi suatu fenomena keadilan gender dalam masyarakat pada saat ini.
Actions (login required)
|
View Item |