AVIE SRI HARIVIANTI RAHAYU, 090310525 L (2005) PENATAAN MODEL PUSKESMAS PERAWATAN DI KABUPATEN BOJONEGORO DALAM UPAYA PEMANFAATAN RAWAT INAP PUSKESMAS BERDASARKAN PERSEPSI, PENILAIAN DAN HARAPAN PROVIDER DAN MASYARAKAT. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2006-rahayuavie-1867-tka56-0-u.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text (Halaman Depan)
36084_Part1.pdf Download (411kB) | Preview |
|
|
Text (Fulltext1)
36084_Part2.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text (Fulltext2)
36084_Part3.pdf Download (447kB) | Preview |
|
|
Text (Lampiran)
36084_Part4.pdf Download (607kB) | Preview |
Abstract
Latar belakang penelitian ini adalah sebanyak 71,4% puskesmas perawatan di Kabupaten Bojonegoro belum mencapai target BOR (Bed Occupancy Rate) yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi provider (Kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas), masyarakat (pengguna rawat inap dan bukan pengguna rawat inap) mengenai fungsi, sarana, petugas, penyakit yang dapat dirawat dan besar biaya perawatan di puskesmas perawatan. Serta menganalisis penilaian dan harapan pengguna rawat inap yaitu tentang tentang availaibility (ketersediaan jenis pelayanan puskesmas perawatan), accessibility (keterjangkauan puskesmas), appropriate (kesesuaian biaya perawatan dan pelayanan yang diterima), acceptance (kesesuaian mutu pelayanan yang diberikan dengan harapan pasien), profesionaly competence (kemampuan dokter dan perawat), dan physically safe (pelayanan yang tidak menimbulkan komplikasi) dalam Jendela Pelanggan. Penelitian ini dilakukan di 7 Puskesmas Perawatan Kabupaten Bojonegoro selama 2 bulan yaitu bulan Mei � Juni 2005, dengan rancangan penelitian cross sectional. Sumber informasi adalah provider (Kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas), pasien pengguna rawat inap dan pasien bukan pengguna rawat inap. Besar sampel provider adalah 46 orang diambil secara total sampling, masyarakat diambil secara random sampling yaitu pengguna rawat inap sebanyak 74 orang dan bukan pengguna rawat inap 95 orang, dengan status membayar dan peserta Askes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar provider, pengguna dan bukan pengguna rawat inap mempunyai persepsi bahwa fungsi rawat inap puskesmas adalah seperti Rumah Sakit, yang merupakan tempat perawatan semua penyakit. Padahal sarana, prasarana dan tenaga yang ada tidak memadai bila disebut berfungsi seperti Rumah Sakit, puskesmas perawatan hanya memiliki ruang rawat inap dan ambulance siap antar bila ada kasus rujukan, tanpa ruang operasi. Persepsi pengguna dan bukan pengguna rawat inap mengenai petugas jaga yang ada di puskesmas adalah dokter dan perawat, sedangkan persepsi provider adalah perawat dan bidan, sedangkan dokter bersifat on call. Persepsi provider tentang pengatur diet pasien adalah ahli gizi, sedangkan pengguna dan bukan pengguna rawat inap berpendapat yaitu perawat. Sedangkan belum semua puskesmas perawatan sudah memiliki tenaga ahli gizi. Menurut provider jumlah tempat tidur perawatan minimal sebanyak 10 buah sedangkan belum semua puskesmas perawatan mempunyai 10 tempat tidur. Persepsi provider, dokter puskesmas perawatan harus mahir PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) dan ATLS (Advance Traumatic Life Support), sedangkan perawatnya terampil PPGD. Sedangkan belum semua yang mendapatkan pelatihan tersebut. Persepsi pengguna dan bukan pengguna rawat inap tentang mutu obat puskesmas yang tersedia adalah bermutu, tersedia lengkap sesuai dengan penyakit pasien. Adapun persepsi pengguna dan bukan pengguna rawat inap mengenai dokter dan perawat yang ada dan kemampuannya dalam menangani pasien adalah cukup. Besar biaya perawatan menurut provider dan masyarakat adalah murah dan terjangkau. Sebagian besar provider dan masyarakat pengguna dan bukan pengguna rawat inap berpendapat perlu ada dokter spesialis terutama spesialis penyakit dalam di puskesmas perawatan baik sebagai konsulen atau tenaga fungsional tetap puskesmas. Adapun pilihan utama tempat perawatan (opname) bagi provider adalah Rumah Sakit swasta dengan alasan pelayanan yang lebih baik, sedangkan responden bukan pengguna rawat inap lebih memilih puskesmas perawatan sebagai pilihan utama bila rawat inap dengan alasan jarak lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Hasil penelitian tentang harapan dan penilaian pengguna rawat inap atas dimensi mutu, dianalisis dengan menggunakan jendela pelanggan menunjukkan 29,7% terletak di posisi A (Attention) dimana masyarakat berharap agar pelayanan yang ada di puskesmas dapat merawat semua penyakit. Keterjangkauan letak puskesmas dengan tempat tinggal pasien dan besar biaya perawatan terletak di posisi B (Bravo). 27,0% berpendapat belum ada kesesuaian antara tarif dan pelayanan yang diterima pasien sehingga terletak di posisi A (Attention). 77% berpendapat bahwa kerahasiaan ruang rawat inap belum terjaga sehingga terletak di posisi A (Attention), sedangkan variabel lain yang terletak di posisi A (Attention) adalah ketepatan jadwal visite, perhatian dokter, perhatian perawat, sikap perawat, keramahan dokter dan perawat, bahasa yang digunakan dokter dan perawat selama merawat pasien. Kemahiran dan keterampilan perawat terletak pada posisi B (Bravo) yang berarti sudah tidak menjadi masalah bagi puskesmas. Keamanan tindakan pengobatan oleh dokter terletak pada posisi B (Bravo), sedangkan keamanan tindakan pengobatan oleh perawat terletak pada posisi A (Attention). 50% merasa tidak aman selama menjalani perawatan di puskesmas, karena takut tertular penyakit lain (komplikasi atau nosokomial). Pada penelitian ini juga dilakukan Focus Group Discussion (FGU) yang bertujuan untuk menampung masukan, saran yang digali dari isu stiategis dan berguna untuk bahan rekomendasi dalam upaya peningkatan pemanfaatan rawat inap puskesmas yaitu sebagai berikut : (1) Mengoptimalkan fungsi puskesmas perawatan sebagai tempat perawatan sementara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit dengan melengkapi fasilitas ambulance `siap antar' dan tenaga yang sesuai standar puskesmas perawatan, sehingga tidak perlu ada penambahan ruang operasi. (2)Penambahan jumlah tempat tidur disesuaikan dengan kebutuhan pasien. (3)Pengaturan letak tempat tidur rawat inap dengan mengatur jarak dan memberi sekat pemisah. (4) Penambahan jumlah tenaga medis minimal 2 orang ditiap puskesmas perawatan (5) Pembinaan berkala dan pelatihan secara bertahap bagi tenaga medis dan paramedis puskesmas perawatan dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Kabupaten. (6) Dibuat aturan atau job description petugas jags 24 jam di puskesmas perawatan. (7) Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas perawatan yang berorientasi pada kepuasan pasien_
Actions (login required)
View Item |