NI WAYAN RAINY PRIADARSINI S., 071045004 (2012) PENGARUH PENINGKATAN EKSPOR READYMADE GARMENT (RMG)TERHADAP KUALITAS HIDUP BURUH PEREMPUAN DI BANGLADESH TAHUN 2005 – 2010. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2013-niwayanrai-23406-6.abstr-k.pdf Download (106kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2013-niwayanrai-23406-13full.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini mengungkapkan tentang peningkatan ekspor industri Readymade Garment (RMG) Bangladesh yang sebagian besar pekerjanya adalah buruh perempuan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa tingginya ekspor RMG Bangladesh tidak mampu memperbaiki kualitas hidup buruh perempuannya. Melalui analisis berbagai data resmi didapat jawaban bahwa, yang pertama, walaupun ekspor RMG Bangladesh bisa menduduki posisi lima besar dunia di pasar utama RMG yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa, namun ekspor RMG Bangladesh sangat rentan terhadap kejatuhan. Hal ini terjadi karena produk RMG Bangladesh bersaing dalam segmen harga rendah dengan volume massal. Harga rendah serta volume ekspor massal didapatkan dari menekan upah buruh serendah rendahnya serta mengeksploitasi tenaga buruhnya. Disatu sisi para produsen RMG Bangladesh harus menjalankan code of conduct dari buyer di sisi lain mereka mendapat tekanan untuk menurunkan harga produksi. Kedua, ekspor RMG Bangladesh sangat tergantung pada akses bebas kuota yang diberikan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Karena ekspor RMGnya tidak terdiversifikasi, jika sistem kuota ini dihapuskan maka memberi dampak buruk bagi MRG Bangladesh. Ketiga adalah lemahnya ketersediaan bahan mentah di sektor woven yang membuat Bangladesh harus terus mengimpor bahan mentah. Hal ini membuat waktu pengiriman serta harga produk RMG Bangladesh menjadi labil. Pemerintah Bangladesh menanggapi kemajuan eskpor Bangladesh dengan membuka pasar seluas-luasnya, memberikan kesempatan sektor privat memimpin kegiatan ekonomi yang akhirnya menggeser posisinya pemerintah dari regulator menjadi fasilitator perekonomian negara. Di satu sisi hal ini dapat mendorong ekspor, namun berkurangnya peran pemerintah dalam meregulasi kegiatan pasar domestik RMGnya berakibat pada menurunnya kesejahteraan para buruh. Undang-undang perburuhan yang dimiliki Bangladesh sangat sering dilanggar akibat lemahnya sangsi serta pemerintah yang cenderung memihak pada kebijakan yang mendukung kegiatan ekspor daripada perlindungan buruh mengakibatkan buruh perempuan RMG sulit meningkatkan kualitas hidupnya.
Actions (login required)
View Item |