ADITYA FERNANDO, 071147008 (2013) KONSTRUKSI DIRI PENYANDANG CACAT SEBAGAI KEPALA KELUARGA (Studi Kualitatif Tentang Self Dan Stigma Pada Penyandang Cacat Dalam Mengkonstruksikan Dirinya Sebagai Kepala Keluarga). Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2013-fernandoad-26709-8.abstr-k.pdf Download (206kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2013-fernandoad-26709-18.full text.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Persoalan yang menyangkut kelompok minoritas merupakan persoalan yang menarik untuk diteliti. Hal ini berkaitan dengan konsekuensi langsung yang mereka dapatkan, yaitu permarginalan, diskriminasi, dan status minoritas menjadi konsekuensi logis yang mereka dapatkan. Tidak lepas dari itu, penyandang cacat merupakan kelompok minoritas yang patut untuk diberi perhatian lebih, karena pada umumnya persoalan kelompok minoritas masih memprioritaskan pada persoalan ras, etnisitas, gender, kepercayaan, homoseksual, dan kelompok transgender. Inilah yang membuat persoalan tentang penyandang cacat menjadi menarik untuk diteliti. Penelitian ini memfokuskan pada persoalan penyandang cacat laki-laki yang memiliki posisi sebagai kepala keluarga, yaitu bagaimana mereka mengkonstruksikan diri mereka sebagai kepala keluarga terkait dengan adanya konstruksi sosial di masyarakat tentang konsep akan idealisme maskulinitas. Tak pelak lagi di masyarakat memiliki gambaran ideal akan sosok kepala keluarga, yaitu sosok laki-laki yang bertanggung jawab, memiliki sifat kekuatan, ketahanan, kemampuan mencari nafkah, segala bentuk dasar dari konsep maskulinitas tradisional. Untuk itulah penelitian ini mencoba melihat hal tersebut melalui kerangka teori dari Erving Goffman tentang self dan stigma. Paradigma penelitian ini adalah interpretive dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini mewawancarai lima orang subjek dengan cara wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Setelah data didapat dari hasil wawancara dan observasi maka peneliti melakukan analisis data dengan cara terlebih dahulu memilah data berdasarkan transkrip wawancara yang kemudian dibuat kategori-kategori berdasarkan data tersebut. Pada akhirnya peneliti melakukan analisis dengan menggunakan kerangka teori, akan tetapi teori yang dimaksudkan bukan untuk dibuktikan, tetapi lebih sebagai alat untuk menganalisis dalam memahami situasi dan kondisi yang dialami oleh para subjek. Hasil yang didapatkan adalah: Pertama, Kepala keluarga yang merupakan penyandang cacat dihadapkan pada persoalan keterbatasan akan kemampuan fisiknya untuk melakukan ‘tugas’ kelaki-lakian dalam rumah tangganya; Kedua, Masyarakat memberikan stigma bahwa mereka memang tidak mampu untuk menjadi kepala keluarga yang ideal; Ketiga, Keterlekatannya sosok ideal seorang kepala keluarga di masyarakat membuat para penyandang cacat berusaha untuk menampilkan bahwa mereka tetap menjadi sosok dominan dan pemegang kendali dalam keluarga.
Actions (login required)
View Item |