Widi Cipto Basuki, 090810835 M (2010) ANALISIS TENTANG DAMPAK KEBIJAKAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) (STUDI DESKRIPTIF DI DESA KUDUBANJAR KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG). Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2010-basukiwidi-13978-tkp191-k.pdf Download (91kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2010-basukiwidi-11825-tkp191-a.pdf Restricted to Registered users only Download (895kB) | Request a copy |
Abstract
Dilatarbelakangi pertama oleh banyaknya angka kejadian diare yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi, akibat dari perilaku masyarakat Buang Air Besar (BAB) sembarang tempat, yang kedua adalah kegagalan pendekatan tradisional dalam penyediaan infrastruktur sanitasi di pedesaan, maka dikembangkan satu pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan yang disebut CLTS (Community Lead Total Sanitation) atau biasa disebut STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Pendekatan ini memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat untuk menganalisis keadaan dan resiko pencemaran lingkungan yang disebabkan BAB ditempat terbuka, membangun dan menggunakan jamban tanpa subsidi dari luar. Masalah yang diteliti adalah bagaimana dampak kebijakan program STBM dan faktor apa saja yang terlibat dalam implementasi program tersebut. Salah satu tempat yang menjadi sasaran pendekatan ini adalah desa Kudubanjar. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, dilakukan di desa Kudubanjar. Sampel menggunakan purposive sampling, dengan cara pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi (gabungan ketiganya). Kemudian hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi. Hasil dari penelitian adalah keadaan sosiolkultural ekonomi dan pendidikan didesa Kudubanjar yaitu jumlah penduduknya berjumlah 3.024 dengan Kepala Keluarga sebanyak 971, dengan penerima kartu Jamkemas sebesar 383 KK, penerima kartu Jamkesda sebanyak 165 KK. Sedangkan sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat yaitu sebesar 43,9% adalah lulusan SD. Partisipasi masyarakat dalam program STBM, diwujudkan dalam bentuk kesediaan mereka untuk mengikuti kegiatan pemicuan serta pembentukan arisan jamban. Sementara itu dukungan pemerintahan desa Kudubanjar dalam bentuk, seperti memotivasi dan reward, bagi ketua RT yang bisa menggerakkan warganya untuk membuat jamban baru diwilayahnya. Kebijakan STBM telah dapat mengubah perilaku masyarakat dari BAB sembarang tempat menjadi BAB dijamban dan selama 15 bulan kegiatan berlangsung terdapat peningkatan jumlah jamban sebesar 10.8%. Pelaksanaan program STBM didesa Kudubanjar hanya bersifat bottom upper yang mengandalkan kesadaran warga dalam membangun jamban, sehingga sulit diperkirakan batas waktu tercapainya desa ODF. Dimana seharusnya dikombinasikan antara bottom upper dan top down yang berbentuk monitoring dan evaluasi oleh pemerintah desa, sehingga implementasi program STBM bisa berjalan lebih efektif. Dari analisis dampak kebijakan program STBM didesa Kudubanjar, dimana selama kurun waktu 15 bulan terdapat peningkatan jumlah jamban dari 38,4% menjadi 49,2%. Sementara itu target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan adalah sebesar 60 %. Hal ini bisa dianggap bahwa pelaksanaan program STBM didesa Kudubanjar masih kurang efektif.
Actions (login required)
View Item |