AHMAD MUHAMMAD, 071145004 (2014) RELASI GLOBALISASI DAN KEBERHASILAN PERJUANGAN IDENTITAS AMAZIGH DI MAROKO. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2014-muhammadah-32927-11.abst-k.pdf Download (50kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2014-muhammadah-32927-full text.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini mengkaji relasi globalisasi dengan identitas lokal. Kasus yang diangkat adalah keberhasilan perjuangan identitas Amazigh di Maroko yang sukses dijalankan melalui pemanfaatan globalisasi berikut fitur-fitur di dalamnya oleh kaum Amazigh. Perjuangan identitas Amazigh didasarkan pada fakta bahwa pemerintah Maroko, melalui proyek Arabisasi telah merepresi dan memarjinalisasi identitas mereka dalam waktu lama. Segelintir kaum Amazigh berusaha melakukan perlawanan namun gagal. Selain faktor kuatnya dominasi pemerintah, faktor internal berupa lemahnya sentimen identitas di kalangan kaum Amazigh turut berkontribusi atas kegagalan tersebut. Situasi ini kemudian berubah ketika kaum Amazigh mulai mengakselerasi perjuangan identitas mereka dengan memanfaatkan globalisasi. Secara khusus, fitur globalisasi yang dimanfaatkan kaum Amazigh adalah revolusi TIK dan eksternalisasi diskursus. Pasca pemanfaatan kedua fitur tersebut, kaum Amazigh berhasil memperoleh serangkaian kemajuan perjuangan, yang mencapai puncak dengan diakuinya Tamazight sebagai bahasa resmi negara. Dari latar belakang tersebut, penelitian ini kemudian mempertanyakan bagaimana strategi kaum Amazigh dalam memanfaatkan revolusi TIK dan eksternalisasi diskursus untuk memperjuangkan identitas. Permasalahan tersebut kemudian diteliti dengan menggunakan metode eksplanatif-kualitatif. Setelah dilakukan analisis menggunakan berbagai data terkait, didapatkan jawaban. Pertama, revolusi TIK dimanfaatkan kaum Amazigh, selain sebagai jalan alternatif dari proyek Arabisasi pemerintah, juga untuk memperkuat sentimen identitas di kalangan internal Amazigh. Selain itu, TIK dioptimalkan sebagai ruang konsolidasi sekaligus instrumen promosi identitas Amazigh ke seluruh dunia. Kedua, eksternalisasi diskursus Amazigh digunakan kaum Amazigh selain untuk mempromosikan identitas, juga untuk menggalang dukungan masyarakat internasional. Dengan memanfaatkan norma-norma universal seperti HAM, hak-hak etnis pribumi, rasisme, dan demokrasi, kaum Amazigh berhasil menarik simpati dunia dan mendapat dukungan besar bagi perjuangan identitas mereka. Dukungan aktor-aktor eksternal kemudian melipatgandakan kekuatan kaum Amazigh sehingga memberikan tekanan kepada pemerintah Maroko agar memenuhi tuntutan mereka. Dengan berbagai kombinasi tersebut, pemerintah Maroko kemudian mengabulkan tuntutan kaum Amazigh melalui serangkaian reformasi kebijakan yang berkulminasi pada institusionalisasi Tamazight (bahasa Amazigh) sebagai bahasa resmi negara pada Juni 2011. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa globalisasi memiliki relasi erat dengan keberhasilan perjuangan identitas Amazigh di Maroko. Kehadiran globalisasi, pada akhirnya memiliki signifikansi besar dalam mendorong fenomena kebangkitan kembali identitas lokal.
Actions (login required)
View Item |