Moh. Ishaq Abd Salam, 071214753014 (2014) REPRODUKSI KEKUASAAN KIAI DAN BLATER: Studi Tentang Penggunaan Sarana Ideologis dan Kekerasan dalam Pemilihan Bupati Bangkalan 2012. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2014-salammohis-32943-10.abst-k.pdf Download (272kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2014-salammohis-32943-full text.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Dalam budaya masyarakat Madura, kiai disimbolkan sebagai seorang yang mempunyai pengetahuan mendalam tetang agama, ia juga dipercaya sebagai wakil nabi di bumi. Wacana pengetahuan tentang sami’na wa atho,na adalah sebagai suatu wujud betapa sosok kiai mempunyai makna sakral bagi masyarakat Madura, sehingga perkataan dan tindakannya menjadi patron yang selalu diikuti oleh masyarakat. Sementara blater menunjuk pada hal-hal yang berdimensi kekerasan, carok merupakan domain yang tidak bisa dipisahkan dengan label blater. Bagi mereka carok adalah jalan yang harus ditempuh apabila merasa harga diri mereka dilecehkan. Sehingga kelompok Blater ini oleh masyarakat disegani dan cenderung ditakuti karena keberanian dan kekuatannya. Simbolisasi kiai sering kali dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan simpati dan dukungan. Selain itu, guna menekan dan mengintimedasi konstituennya sering kali blater dijadikan sebagai tim sukses ditingkat struktural maupun ditingkat desa. Permasalahan yang hendak diangkat dalam studi ini berupaya membongkar fenomena penggunaan simbol ideologi agama (kiai) sebagai strategi mempengaruhi dan menarik simpati massa dalam pilkada Bangkalan pada tanggal 12-12-2012, dan mengungkap sinergitas blaterisme dan kiai sebagai media untuk mendapatkan dukungan. Studi ini menggunakan pendekatan paradigma kontruktivis. Paradigma kontruktivis dipilih karena diyakini bahwa realitas perebutan kekuasaan di pilkada Bangkalan melibatkan kuasa budaya dan politik dan juga ekonomi. Paradigma ini selalu melihat realitas terbentuk atas relasi-relasi tersebut. Hasil studi ini antara lain: a) segala simbol-simbol dan identitas yang melekat pada kiai dijadikan sebagai strategi untuk menghegemoni masyarakat oleh para kandidat bupati Bangkalan. Para calon memperebutkan identitas kiai kholil untuk menarik simpati massa, karena mereka masih mempunyai darah keturunan dari kiai Kholil yang sangat berpengaruh di Bangkalan. b) jaringan kiai-santri adalah sarana yang efektif untuk meraih dukungan dari tingkat kabupaten sampai ke kampungkampung. c) sementara strategi Blaterisme meliputi dua hal. Pertama, Blaterisme struktural, yakni menggunakan kekuasaan structural untuk menekan dan mengntimidasi pejabat politik di jajaran pemerintah. Kedua Blaterisme non struktural, yakni menekan dan mengintimidasi masyarakat yang secara politik dianggap membangkang atau menjadi lawan politiknya. Mereka menggunakan cara kekerasan, para Blater tidak segan membacok atau menikam dengan clurit. Sehingga masyarakat ketakutan untuk bersebarangan secara politik.
Actions (login required)
View Item |