Joewono Soeroso, Prof. Dr. dr., M.Scd., Sp.PD_KR. (2014) EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM)SEBAGAI INSPIRASI RISET TRANSLASIONAL PADA PENYAKIT REUMATIK OTOIMUN. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-grey-2016-soerosojoe-40457-pg.11-14-e.pdf Download (498kB) | Preview |
Abstract
Penyakit reumatik merupakan penyakit keradangan yang mengenai sistim muskuloskeletal. Jenisnya lebih dari 100, dengan prevalensi keseluruhan di masyarakat sekitar 5-8 %. Penyakit reumatik dapat digolongkan menjadi: 1. Penyakit reumatik otoimun: Terjadi karena gangguan pada sistim imun humoral atau seluler atau keduanya. Otoantibodi dan sel otoreaktif bereaksi terhadap molekul tubuh sendiri dan menimbulkan keradangan. Penyakit otoimun yang dikenali masyarakat adalah: a. Systemic lupus erythematosus (SLE) yang mengenai berbagai organ tubuh merupakan prototipe dari Penyakit reumatik otoimun sistemik (PROS) b. Rheumatoid arthritis (RA) c. Spondyloarthritis (SA), dan sebagainya PROS cukup banyak di masyarakat dan tidak mudah dalam diagnosis dan tatalaksana. Puluhan, mungkin ratusan gena yang berbeda berperan pada patogenesis PROS, dengan wujud klinis yang sangat bervariasi dan sering menyerupai penyakitpenyakit lain. Pada fase awal, PROS terutama SLE menunjukkan gambaran klinis yang tidak khas, bisa mengenai satu organ vital saja, misalnya; ginjal dengan nefritis, usus dengan diare kronik atau ileus, atau pada sistim syaraf berupa kelemahan anggota badan. Pada fase ini diagnosis dan tatalaksananya cukup sulit, karena sering dikira penyakit pada organ tunggal. Setelah diterapi, pasien PROS yang demikian sering tidak menunjukkan hasil, sehingga pasien berobat berpindah-pindah (doctor�s shopping). Pada tahap tersebut sebenarnya PROS sudah mengenai berbagai organ, tetapi belum menampakkan gejala dan tanda khas organ yang terkena. Biasanya pasien datang ke konsultan reumatologi sudah dalam keadaan yang berat. Modalitas terapi pada PROS terutama SLE juga masih belum memuaskan, sebagian obat sintetik, dan bahan hayati yang dipasarkan seperti antibodi antisitokin, belum menunjukkan hasil yang memuaskan, walaupun harganya mahal. Beban sosioekonomik pasien PROS juga cukup berat, mereka masih menjadi stigma di masyarakat. PROS juga masih ditelantarkan baik di bidang pelayanan maupun riset.1-3 2. Penyakit reumatik non otoimun: a. Osteoartritis (OA), yang terjadi karena pengaruh beban tubuh atau beban biomekanik dan ketuaan pada persendian. b. Artritis pirai (gout), merupakan gangguan metabolisme asam urat. c. Penyakit reumatik jaringan lunak, seperti; jari pelatuk (trigger fingger), tendinitis de Quervain, bahu kaku (frozen shoulder) dan sebagainya
Item Type: | Other | ||||
---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKA KK PG.11/14 Soe e | ||||
Uncontrolled Keywords: | EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM; RISET TRANSLASIONAL; REUMATIK OTOIMUNs | ||||
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > R Medicine (General) > R735-854 Medical education. Medical schools. Research |
||||
Divisions: | 01. Fakultas Kedokteran > Ilmu Penyakit Dalam Pidato Guru Besar |
||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Ika Rudianto | ||||
Date Deposited: | 02 Nov 2016 16:46 | ||||
Last Modified: | 02 Nov 2016 16:51 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40073 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |