PRODUKSI PROTEIN TYROSIN KINASE HASIL ISOLASI SPERMATOZOA SAPI : Alternatif Meningkatkan Kualitas Produksi Semen Beku

Sri Pantja Madyawati, Drh., M.SI and Herry Agoes Hermadi, Drh., M.Si and Trilas Sardjito, Drh., M.Si (2004) PRODUKSI PROTEIN TYROSIN KINASE HASIL ISOLASI SPERMATOZOA SAPI : Alternatif Meningkatkan Kualitas Produksi Semen Beku. UNIVERSITAS AIRLANGGA, -. (Unpublished)

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2007-madyawatis-4949-lp8707-k.pdf

Download (466kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
474. 40361-ilovepdf-compressed.pdf

Download (494kB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Upaya meningkatkan daya reproduktivitas ternak sapi perah salah satunya adalah dengan teknik Inseminasi Buatan yang telah lama dan sudah diterima oleh masyarakat peternak. Dengan teknik Inseminasi Buatan akan memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah dengan membuat semen beku yang berasal dari pejantan unggul, hal ini merupakan salah satu Cara meningkatkan efisiensi reproduksi. Proses pembekuan semen ini juga menimbulkan kendala antara lain Post Thawing Motility (PTM) hanya berkisar 40%, selanjutnya akibat pembekuan dan proses thawing akan mengakibatkan kerusakan akrosoir spermatozoa, kerusakan membran sel dan penurunan sumber energi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan motilitas dan metabolisme sel spermatozoa. Kerusakan seluler dari membran plasma spermatozoa sangat terkait dengan kondisi integritas membran, motilitas dan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Kondisi di atas sangat menentukan angka fertilitas dan produksi embrio in. Fertilisasi dimulai dengan peristiwa pengenalan spesilik sel yang melibatkan membran plasma spermatozoa dengan konstituen glikoprotein zona pelusida (ZP3) Mernbran plasma spermatozoa terdiri dad lipid dan protein. Protein membran ini yang mempunyai peranan dalam proses fertilisasi yakni melalui adhesi spermatozoa � zona pelusida dan mediator utama pengenalan garnet ini adalah tyrosin kinase . Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi dan isolasi protein tyrosin kinase dari membran spermatozoa sapi peral, sebagai bahan bioaktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida dan tujuan jangka panjang adalah menunjang program tnseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi perah. Subyek penelitian ini adalah protein tyrosin kinase yang diperoleh dari hasil pemisahan membran spermatozoa, identifikasi protein membran dengan SDS-PAGe dan isolasi protein tyrosin kinase dengan Elusi. Penelitian ini meliputi aspek-aspek : Pemisahan protein membran plasma spermatozoa sapi perah dengan teknik sentrifugasi Identifikasi PTK dari membran plasma spermatozoa sapi perah dengan SDS PAGE Isolasi PTK dengan teknik elektro elusi Pembuatan anti-PTK pada kelinci lokal jantan serta pengukuran nilai Optical Dens/0 (OD) dengan Indirect ELISA Pengujian laboratoris isolat PTK yang ditambahkan dalam media TCM 199 sebagai media fertilisasi in vitro yang digunakan dalam proses fertilisasi in vitro Sampel yang digunakan dalam penyediaan isolat protein tyrosin kinase adalah semen sapi perah sebanyak 160 ml dari 20 kali pengambilan selanjutnya dilakukan pemisahan dengan sentrifugasi untuk memisahkan pellet (spermatozoa) dengan supernatan (plasma semen). Pellet yang diperoleh dilakukan identifikasi protein dengan SDS-PAGE untuk mendapatkan pita-pita protein, selanjutnya pita-pita protein yang menunjukkan beat molekul 95 kDa dipotong dan dilakukan elusi untuk mendapatkan isolat protein tyrosin kinase. Pembuatan antibodi terhadap protein tyrosin kinase (PTK) digunakan 5 ekor kelinci lokal jantan. satu ekor digunakan sebagai kontrol yaitu disuntik dengan PBS + CFA masing-masing dengan dosis 150 µl/Sc, Perlakuan 2 (P2) sebanyak 2 ekor disuntik dengan PTK + CFA masing-masing dengan dosis 100 µl/Sc, dan Perlakuan 3 (P3) sebanyak 2 ekor disuntik dengan PTK + CFA masing-masing dengan dosis 150 1allSc, booster dilakukan dua kali yaitu pada minggu ke-3 dan minggu ke-7. pengambilan darah (bleeding) dilakukan mulai minggu ke 1, minggu ke 3 s/d minggu ke 11, yang diambil dari vena auricularis. Serum yang diperoleh digunakan untuk uji spesifisitas secara kualitatif dengan metode dot blot dan secara kuantitatif dengan Indirect Elisa. Uji laboratoris isolat PTK dilakuan secara invitro menggunakan oosit yang telah dimaturasi dan semen sear sapi perah yang telah dikapasitasi. Selanjutnya isolat PTK ditambahkan dalarn TCM-199. PO (kontrol) media TCM tanpa penambahan PTK, P1: TCM + i t1 PTK, P2 : TCM + 3 µl PTK, P3 : TCM + 5 pi PTK dan P4 : TCM + 7 µl PTK. Kemudian dibuat 5 tetes mikro 50 µ1 yang mengandung TCM pada masing-masing perlakuan dalam cawan petri, keMudian ditambahkan oosit dan spermatozoa. Kemudian inkubasi dalam inkujator CO2 dan diamati kecepatan fusi spermatozoa-ZP selama 1, 2 dan 3 jam. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap sedangkan data kuantitatif dari nilai OD berdasarkan pembacaan dengan Elisa Reader dianalisis dengan Anova. Sedangkan kecepatan fusi spermatozoa- ZP diuji dengan Kruskal Wallis. Hasilnya terlihat gradasi warna biru keunguan yang lebih gelap terdapat pada bleeding ke 4/minggu ke-4 setelah booster I. Selanjutnya gradasi warna lebih gelap juga terlihat pada bleeding ke-8lminggu ke-8 dan bleeding ke-9/minggu ke-9 setelah booster II. Hail ini menunjukkan bahwa konsentrasi antibodi terhadap PTK sangat tinggi path bleeding ke-4, ke-8 dan ke-9 dibandingkan dengan bleeding ke-3,5,6,7, dan 10 karena setelah dilakukan booster maka akan menimbulkan respon imun meningkat. Uji spesifisitas secara kuantitatif dengan Indirect Elisa. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kruskal Wallis, kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida pada P1 (39,67),P2 (48,78) ,P3 (57,89) dan P4 (64,72) berbeda nyata dengan PO (16,44) (p<0,05). Sedangkan antara P1, P2 dan P3 secara statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Pada PO (kontrol) tanpa penambahan PTK dalam TCM tampak kumulus oophorus yang mengelilingi oosit masih sangat kompleks dan ikatan antar sel kumulus sangat erat. Hal ini berbeda dengan PI (penambahan 1% PTK dalam TCM), P2 (penambahan 3% PTK dalam TCM) dan P3 (penambahan 5% PTK dalam TCM) terlihat ikatan antar sel-sel kumulus sudah mulai renggang sehingga memudahkan sel spermatozoa mencapai zona pelusida. Sedangkan pada P4 (penambahan 7% PTK dalam TCM) ikatan antar sel-sel kumulus merenggang dan terlepas sehingga set-sel spermatozoa dapat mencapai zona pelusida balikan telah ada yang rnasuk ke dalam ruang perivitelin. Kesimpulan yang dapat diambil dari hash penelitian ini adalah bahwa protein tyrosin kinase (PTK) dapat diisolasi dari membran plasma spermatozoa sapi dengan metode Elusi, Isolat PTK dapat menimbulkan respon imun (antibodi terhadap PTK) pads kelinci jantan dan penambahan isolat PTK dalam TCM dapat meningkatkan kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida. Dari hash penelitian ini dapat disarankan untuk menambahkan isolat PTK dalam media yang digurakan dalam prosesing semen beku yang bertujuan untuk meningkatkan post thawing motility dan pada akhirnya dapat meningkatkan angka kebuntingan pada ternak khususnya sapi perah

Item Type: Other
Additional Information: KKC KK LP.87/07 Mad p
Uncontrolled Keywords: CATTLE - SPERMATOZOA; FROZEN SEMEN
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine
Divisions: 06. Fakultas Kedokteran Hewan
Unair Research > Non-Exacta
Creators:
CreatorsNIM
Sri Pantja Madyawati, Drh., M.SIUNSPECIFIED
Herry Agoes Hermadi, Drh., M.SiUNSPECIFIED
Trilas Sardjito, Drh., M.SiUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Fariddio Caesar
Date Deposited: 28 Oct 2016 20:36
Last Modified: 20 Jun 2017 17:49
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40361
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item