Potensi Rimpang Temulawak Sebagai Upaya Alternatif Penanganan Keracunan Pb dan Cd : Ditinjau Dari Pemeriksaan Kadar Hb, Jumlah Eritrosit, dan Kadar Logam Dalam Darah Tikus Putih

SUGIHARTO, S.Si., M.Si. (2008) Potensi Rimpang Temulawak Sebagai Upaya Alternatif Penanganan Keracunan Pb dan Cd : Ditinjau Dari Pemeriksaan Kadar Hb, Jumlah Eritrosit, dan Kadar Logam Dalam Darah Tikus Putih. UNIVERSITAS AIRLANGGA. (Unpublished)

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-sugiharto-7235-lp116_08.pdf

Download (338kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-res-2008-sugiharto-7235-lp116_08.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Timbal dan kadmium merupakan logam berat yang secara luas digunakan dalam industri, padahal Iogam ini termasuk dalam kelompok logam toksik jenis B, yaitu logam yang membentuk ligan kompleks dalam tubuh yang dapat mengganggu aktivitas enzim dan dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Salah satu jalur metabolisme yang sangat dipengaruhi adalah sistern hemopoeitik. Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak terdapat di Indonesia adalah temulawak, yang mengandung badan aktif curcumin. Ditinjau dari stuktur kimia curcumin, ternyata curcumin dapat berpotensi sebagai chelating agent karena mempunyai struktur elektron yang bebas dan memungkinkan untuk mengikat logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi rimpang temulawak sebagai upaya alternnatif penanganan keracunan Pb dan Cd ditinjau dari pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan kadar logam dalam darah tikus putih. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Reproduksi-FMIPA, Universitas Airlangga. Hewan coba adalah 20 ekor tikus putih (Rattus norvegycus) jantan dewasa berumur sekitar 6 - 8 minggu dengan berat badan antara 140-160 gr dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I diberi 1 ml akuades selama 21 hari (kontrol) ; kelompok II (diberi 1 ml larutan timbal 100 ppm, selama 21 hari) ; kelompok II1 (diberi 1 ml larutan timbal 100 ppm selama 21 hari dan dilanjutkan 1 m! infus rimpang temulawak 10% selama 21 hari berikutnya) ; kelompok IV (diberi 1 ml larutan kadmium 100 ppm selama 21 hari) ; kelompok V (diberi 1 ml lanuan kadmium 100 ppm selama 21 hari dan dilanjutkan 1 ml infus rimpang temulawak 10% selama 21 hari berikutnya). Perlakuan diberikan setiap pagi hari secara oral dengan menggunakan syringe berkanula pada ujungnya. Pengambilan sampel darah dilakukan secara heart puncture (infra cardiac). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan RAL (rancangan acak lengkap). Data yang diperoleh yattu kadar Hb, jumlah entrosit, dan kadar Pb serta Cd dalam daraii. Data dianalisis menggunakan uji Anova (a = 0,05) untuk mengetahui adanya perbedaan rerata kelompok perlakuan dan dilanjutkan dengan uji LSD (a = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan timbal dan kadmium dapat menurunkan rerata kadar Hb, sedangkan pemberian rintis rimpang temulawak dapat meningkatkan kembali rerata kadar Hb tikus (kontrol 13,78 ; Pb = 12,25 ; Pb + l emulawak = 12,58 ; Cd = 11,3 ; Cd + Temulawak = 12,8). Pemberian larutan timbal dan kadmium juga dapat menurunkan rerata jumlah eritrosit, sedangkan pemberian infus rimpang temulawak dapat meningkatkan kembali rerata jumlah eritrosit tikus (kontrol = 7,99 ; Pb = 6,15 ; Pb + Temulawak = 6,71 ; Cd = 4,81 ; Cd + Temulawak = 5,87). Untuk kadar Pb dalam darah tikus, pemberian larutan timbal dapat meningkatkan kadar Pb dalam darah dan pemberian inhis rimpang temulawak dapat menurunkan kembali kadar Pb dalam darah (kontrol = 0,20 ; Pb = 0,44 ; Pb + Temulawak = 0,14). Untuk kadar Cd dalam darah tikus, pemberian larutan kadmium dapat meningkatkan kadar Cd dalam darah dan pemberian infus rimpang temulawak dapat menurunkan kembali kadar Cd dalam darah (kontrol = 0,86 ; Cd = 1,12 ; Cd + Temulawak = 1,05). Hasil uji Anova menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tikus kelompok kontrol dan perlakuan pada pemeriksaan kadar Hb (p < 0,05), jumlah eritrosit (p < 0,05), dan kadar Pb dalam darah (p < 0,05), sedangkan untuk kadar Cd dalam darah tidak berbeda nyata (p > 0,05). Dari basil penelitian dapat disimpulkan bahwa rimpang temulawak dapat berpotensi sebagai upaya alternatif penanganan keracunan Pb dan Cd

Item Type: Other
Additional Information: KKC KK LP 116/08 Sug p
Uncontrolled Keywords: Rimpang temulawak; Keracunan ; Pb ; Cd
Subjects: R Medicine
R Medicine > R Medicine (General) > R856-857 Biomedical engineering. Electronics. Instrumentation
Divisions: Unair Research
Creators:
CreatorsNIM
SUGIHARTO, S.Si., M.Si.UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Deby Felnia
Date Deposited: 24 Oct 2016 00:46
Last Modified: 24 Oct 2016 00:46
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40709
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item