Evy Arfianti, SKM. and Mirza Esvanti, SKM. and Bambang Wirjatmadi, Prof.dr.,MS.,MCN.,Ph.D. (2005) PERBEDAAN KANDUNGAN YODIUM (I), SELENIUM (Se), SENG (Zn), NITRAT (NO3) DAN TIMAH (Pb) DI DAERAH ENDEMIK DAN NON ENDEMIK GONDOK DI KABUPATEN MADIUN. Universitas Airlangga, Surabaya. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-arfiantiev-7132-kkckkl-k.pdf Download (491kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-res-2008-arfiantiev-7132-lp9708-p-min.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kandungan yodium urin, selenium serum, seng rambut, nitrat darah dan Pb dalam darah terhadap kejadian gondok di daerah endemik gondok ( Desa Gading) dan non endemik gondok ( Desa Mejayan ) di Kabupaten Madiun. Gondok adalah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama di Jawa Timur. Banyak usaha pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan yang telah dilaksanakan diantaranya dengan suplementasi kapsul yodium dan fortifikasi yodium dalam garam dapur. Namun usaha tersebut belum memberikan hasil yang optimal. Prevalensi TGR ( Total Goitre Rate ) memang cenderung menurun, akan tetapi daerah dengan gondok endemik baru cenderung makin meluas dari tahun ke tahun. Apabila sebelumnya penderita gondok terutama banyak ditemukan di daerah pegunungan/dataran tinggi, sekarang telah meluas dan banyak dijumpai di dataran rendah. Sampel penelitian ini terdiri dari 40 Anak SD yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok penderita gondok sebesar 20 anak dan kelompok bukan penderita gondok sebesar 20 anak. Gondok diidentifikasi dengan palpasi, kadar yodium urine dianalisa di laboratorium GAKY Semarang, kadar yodium tanah, air, kadar selenium serum, air dan tanah dan kadar Pb darah, air dan tanah dianalisa di laboratorium BATAN Yogyakarta. Karakteristik keluarga responden, pola konsumsi didapatkan dari data kuesioner dengan metode wawancara. Selain itu dilakukan pengukuran tinggi badan untuk menentukan status gizi berdasarkan tinggi badan/umur. Hasil penelitian ini menunjukkan TGR di daerah endemik ( Desa Gading) 31,9 % sedangkan TGR di daerah non endemmik ( Desa Mejayan ) 0,05 %. Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden di kedua daerah ini pada umunya tergolong kecil yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan satu orang anak. Bila dilihat dari segi pendidikan orang tua responden, maka rata-rata orang tua responden tingkkat pendidikannya rendah yaitru lulusan SD dan SMP. Sedangkan pekerjaan orang tua responden baik di daerah endemik gondok maupun non endemik adalah petani. Untuk daerah endemik rata-rata ibu responden bekerja sebagai petani dan buruh tani, sedangkan untuk daerah non endemik rata-rata ibu responden tidak bekerja. Dari hasil recall, diperoleh informasi daerah endemik gondok kecukupan protein yang #8805; 70 % RDA sebanyak 30 %, selebihnya 70 % responden kecukupan proteinnya < 70 % RDA. Kebalikan dengan daerah non endemik dimana 80 % responden kecukupan proteinnya #8805; 70 % RDA dan 20 % responden kecukupan proteinnya < 70 % RDA. 100 % resonden di daerah endemik mempunyai kadar yodium urin #8805; 100 µgr/l (kategori normal) sedangkan di daerah non endemik 90 % kadar yodium urin #8805;100 µgr/1. Di kedua daerah penelitian (65 % di daerah endemik, 55 %di daerah non endemik) mempunyai kadar selenium serum normal (0,1-0,2 µgr/1). 100 % responden didaerah endemik dan 95 % di daerah non endemik mempunyai kadar seng yang normal (#8805; 70 µg gr). Tetapi sebagian besar responden mempunyai kadar nitrat dalam darah lebih dari 0,1 ppm (95 % di daerah endemik dan 65 % di daerah non endemik). Konsentrasi Pb dalam darah di kedua daerah tidak terdeteksi tetapi kadar Pb di tanah (Daerah endemik sebesar 38,150 ± 0,050 ppm sedangkan di daerah non endemik 26,375,150 ± 0,225 ppm yang lebih dari normal (>5-25ppm). Gondok di daerah endemik disebabkan karena adanya nitrat yang mengganggu proses pembentukan hornon tiroksin. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan yodium urin, nitrat dalam darah dan RDA protein terhadap kejadian gondok di daerah endemik dan non endemik. Semakin tinggi kandungan yodium urin maka semakin besar kemungkinan terjadinya gondok karena adanya bloking agent yang mengganggu proses pembentukan hormon tiroid. Semakin rendah kecukupan protein (< 70 % RDA) semakin besar kemungkinan terjadinya gondok. Tingginya kadar nitrat di daerah penelitian bisa dikarenakan hasil pertanian terbesar di daerah tersebut adalah produksi tebu yang banyak menggunakan pupuk nitrogen yang dilain sisi dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga menguntungkan petani, tetapi ternyata merupakan bloking agent dalam proses pembentukan hornon tiroid.
Item Type: | Other | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK 97/08 Arf p | ||||||||
Uncontrolled Keywords: | Yodium; selenium; seng; nitrat; timah; endemik gondok | ||||||||
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) | ||||||||
Divisions: | 10. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Research > Exacta |
||||||||
Creators: |
|
||||||||
Depositing User: | Nn Elvi Mei Tinasari | ||||||||
Date Deposited: | 15 Jun 2017 21:41 | ||||||||
Last Modified: | 15 Jun 2017 21:41 | ||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/42689 | ||||||||
Sosial Share: | |||||||||
Actions (login required)
View Item |