Lucy Diah Hendrawati, S.Sos., M.Kes. (2005) IDENTIFIKASI MASALAH DAN KENDALA PENANGANAN PENGEMIS DAN GELANDANGAN DI SURABAYA. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-hendrawati-6616-lp5608-k.pdf Download (369kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-res-2008-hendrawati-6616-lp5608-i.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Permasalahan penelitian Gelandangan dan Pengemis ini adalah: (1) Bagaimana karakteristik sosial-ekonomi para pengemis dan gelandangan? (termasuk disini latar belakang daerah asal)?; (2) Faktor-faktor apasajakah yang mengakibatkan munculnya pengemis dan gelandangan di kota Surabaya? (3)Kendala-kendala apasajakah yang timbul dalam penanganan pengemis dan gelandangan di Surabaya? Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Untuk memberi gambaran karakteristik sosial-ekonomi para pengemis dan gelandangan, termasuk kondisi daerah asalnya. (2) Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya pengemis dan gelandangan. (3) Menjelaskan kendala-kendala dalam penanganan pengemis dan gelandangan. Penelitian ini bertipe kualitatif dan evaluatif, karena dalam analisisnya akan diungkapkan beberapa gambaran fakta-fakta empiris yang lebih menekankan pada informasi yang mendalam. Ada 8 narasumber (Gelandangan dan Pengemis) yang diwawancarai dengan pedoman wawancara. Dari hasil temuan dilapangan ada beberapa temuan pokok, yaitu: Pertama, , para gelandangan biasanya tinggal di permukiman kumuh dan liar, menempati zone-zone publik yang sebetulnya melanggar hukum, biasanya dengan mengontrak petak-petak di daerah kumuh di pusat kota atau mendiami stren-stren kali sebagai pemukim liar. Kedua, faktor penyebab kaum migran tertentu menjadi gelandangan dan pengemis adalah karena kemiskinan dan tidak adanya patron, kerabat atau tetanggga dari desa asal yang dapat dijadikan tempat untuk bergantung di kota. Ketiga, Di Surabaya, pengemis bisa dibedakan menjadi tiga jenis. (1), pengemis yang biasanya beroperasi di berbagai perempatan jalan atau di sekitar kawasan lampu merah. (2), pengemis yang mangkal di tempat-tempat umum tertentu, seperti plaza, terminal, pasar, sekitar masjid, pelabuhan, atau stasiun kereta api. (3), pengemis yang biasa berkeliling dari rumah ke rumah, keluar-masuk kampung. Keempat, tidak semua pengemis menetap di permukiman liar atau zone publik yang lain. Tidak jarang terjadi, para pengemis itu setelah bekerja, kemudian pulang kembali ke rumahnya. Kendala-kendala yang menyulitkan upaya penanganan gelandangan dan pengemis adalah: (1), alokasi dana untuk penanganan gelandangan dan pengemis relatif kecil. (2)., upaya penanganan terhadap gelandangan dan pengemis (gepeng) seringkali hanya berhenti pada pendekatan punitif-represif, (3), upaya penanganan gepeng di Kota Surabaya sering tidak didukung oleh kebijakan Pemerintah Daerah di daerah asal migran yang mengadu nasib ke kota Surabaya.
Item Type: | Other | ||||
---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 LP 56/08 Hen i | ||||
Uncontrolled Keywords: | Pengemis; Gelandangan | ||||
Subjects: | H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV4480-4630 Mendicancy. Vagabondism. Tramps. Homelessness | ||||
Divisions: | 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair Research > Non-Exacta |
||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Nn Elvi Mei Tinasari | ||||
Last Modified: | 20 Sep 2016 03:36 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/42798 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |