L. BUDI KAGRAMANTO (1997) DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM ORGANISASI PERTANIAN SUBAK : SUATU PENELITIAN ETNOGRAFIS TENTANG DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM KEBUDAYAAN ORGANISASI PETANI SUBAK DI KECAMATAN NEGARA, KAB. JEMBERANA, BALI BARAT. UNIVERSITAS AIRLANGGA. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (190kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
43493-min.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Perkembangan dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat Bali bukan dimulai masuknya pembangunan industri pariwisata ke Bali, di mana proses industrialisasi mengalirkan berbagai unsur dan pola-pola sosial budaya yang modern, rasional, efisien dan produktif. Sesungguhnya perkembangan dan perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat telah didahului oleh Revolusi Hijau yang merupakan program pemerintah untuk memperkenalkan sistem pertanian modern yang berdasarkan teknologi maju dan pemikiran yang rasional dan praktis. Tujuan utama dari revolusi hijau tersebut adalah untuk mencapai tahapan swasembada beras dalam masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam bidang pangan. Revolusi Hijau yang mulai dilaksanakan tahun 1966/1967 dengan program BIMAS/INMAS telah memperkenalkan jenis padi baru (IR), sistem pola tanam baru, memperkenalkan sistem pemupukan dan pemberantasan hama-hama tanaman serta mulai memperkenalkan sistem pasar bagi masyarakat petani. Masyarakat petani telah menerima dan menanam padi jenis baru, mengikuti pedoman pola-pola tanam yang waktunya lebih pendek (cepat), mengikuti pedoman pemakaian pupuk serta pemberantasan hama tanaman. Masyarakat petani telah dikenalkan secara tak langsung tentang pola-pola pertanian yang lebih rasional dan ekonomis,sehingga menerima jenis padi baru dan pola tanam dengan teknologi modern yang banyak berorientasi kepada produk akhir. Di samping mulai menerima konsep adanya nilai lebih dalam proses bekerja di sektor pertanian.Namun masyarakat petani Bali mengalami suatu perkembangan dan perubahan antara lain, penanaman padi lokal (Dewi Sri) semakin terdesak atau terbatas lahannya, pola kerja yang lebih cepat, organisasi sosial kecil (sekhe) yang dianggap tak fungsional menjadi hilang, beberapa ritual-ritual budaya dan agama dilalaikan (dilupakan), serta petani mulai mengenal pasar, di mana setelah panen kemudian padi langsung dijual kepada pembeli untuk memperoleh uang sejumlah tertentu.Masyarakat petani Bali tidak sepenuhnya menerima, namun masih tetap berkeinginan menanam padi lokal. Yang terjadi sekarang adanya para1elisme kebudayaan, da1am arti kebudayaan petani tradisiona1 berdampingan dengan kebudayaan petani modern. Po1a-po1a budaya di 1ingkungan organisasi subak berkembang semakin kompleks. Kendatipun te1ah terjadi perkembangan dan perubahan da1am sistem pertanian, namun masyarakat petani Bali tetap ingin menyatakan bahwa kebudayaan Bali tetap 1estari. Perubahan-perubahan yang terjadi da1am 1ingkungan fisik atau 1ingkungan pertanian tidak bermakna adanya perubahan kebudayaan Ba1i.
Item Type: | Other | ||||
---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK 303.4 Suj d | ||||
Uncontrolled Keywords: | SOSIAL, PERUBAHAN | ||||
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology > HM(1)-1281 Sociology | ||||
Divisions: | Unair Research > Non-Exacta | ||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Dwi Prihastuti | ||||
Date Deposited: | 15 Sep 2016 04:04 | ||||
Last Modified: | 28 Dec 2017 00:45 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/43493 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |