YURIKE PATRECIA MARPAUNG, NIM. : 049916483
(2003)
ANALISIS AGREGAT MONETER SEBAGAI SASARAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE 1990-1997/II DAN 1997/III-2002.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Kebijakan moneter Indonesia sampai saat ini masih menggunakan agregat moneter sebagai sasaran antara deregulasi dan globalisasi telah mendorong sektor keuangan berkembang ke arah mekanisme pasar, sehingga proses penciptaan uang terjadi di luar kendali otoritas moneter. Akibatnya, pelaksanaan kebijakan moneter menjadi kurang efektif. Karena itu, perlu dievaluasi kembali penggunaan agregat moneter sebagai sasaran antara.
Paradigma lama yang mengatakan bahwa otoritas moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui pengendalian uang beredar (M1 dan M2) sebagai sasaran antara dan uang primer (MO) sebagai sasaran operasional perlu dikaji ulang. Sekitar 70% dari MO adalah uang kartal dan kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran ini tidak boleh tidak harus dipenuhi. Sedangkan 30% sisanya pun tidak selalu mudah untuk dipengaruhi oleh Bank Indonesia. Jumlah uang beredar, baik Ml maupun M2 sangat dipengaruhi oleh perkembangan kegiatan ekonomi, sehingga seakan-akan merupakan arus balik yang sangat kuat mempengaruhi perkembangan uang primer. Dengan demikian, paradigma lama yang menyatakan bahwa jumlah atau kuantitas uang beredar dapat dikendalikan sepenuhnya oleh otoritas moneter menjadi tidak berlaku. Karena itu manajemen moneter melalui sasaran kuantitas nampaknya semakin kurang dapat dipertahankan lagi.
Setelah Indonesia dilanda krisis ekonomi pada pertengahan 1997, terjadi perubahan mendasar dalam kerangka kebijakan moneter. Sejak itu, mulai muncul pertanyaan yang sangat mendasar tentang pentingnya peranan agregat moneter sebagai sasaran antara dalam kebijakan moneter Indonesia. Evaluasi terhadap kebijakan moneter di Indonesia biasanya terfokus pada target konvensional yaitu pertumbuhan agregat moneter.
Agregat moneter akan efektif sebagai sasaran antara jika adanya hubungan yang stabil antara sasaran antara dengan sasaran akhir. Karena proses deregulasi, perubahan struktural dalam sektor finansial, serta kebijakan nilai tukar yang kurang fleksibel, maka perubahan dalam agregat moneter sulit diprediksikan dan mempunyai hubungan yang semakin lemah dengan sasaran akhir yaitu laju inflasi.
Actions (login required)
|
View Item |