KARAKTERISASI LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH SEBAGAI DATA RANCANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Sucipto Hariyanto, Dr. DEA and Nita Citrasari and Thin Soedarti, Dra., C.E.S.A (2014) KARAKTERISASI LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH SEBAGAI DATA RANCANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img] Text (FULLTEXT)
Bukti C18 - Karakterisasi Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ........ .pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)
[img] Text (REVIEW)
Reviewer dan Validasi bukti C18.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[img] Text (Cover Bukti C18 - Karakterisasi Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA))
Cover Bukti C18 - Karakterisasi Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).pdf
Restricted to Registered users only

Download (315kB)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Penelitian tentang karakterisasi lindi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah sebagai data rancangan teknologi pengolahan limbah cair di tahun kedua ini, menekankan pada upaya pengolahan lindi untuk meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan. Pengolahan yang dipilih, harus sesuai dengan karakteristik dari lindi. Terdapat berbagai jenis pengolahan seperti fisika, kimia, dan biologis yang dapat dipilih. Contoh pengolahan lindi yang telah dilakukan, diantaranya ozonasi yang mampu menyisihkan COD 31% (Rezagama dan Notodarmojo, 2012), wetland dengan penyisihan N total tertinggi 90,52% (Tangahu dan Voijant, 2006), biofilter aerob-anaerob dengan penyisihan amonia 27,09% (Hadiwidodo dkk., 2013), dan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan removal COD 68,98%. Pada penelitian ini, sesuai yang dilakukan di tahun pertama, sampel yang diolah adalah lindi dari TPA Klotok Kota Kediri. Tujuan utama dari pengolahan lindi ini adalah untuk menurunkan nilai BOD, COD, dan Amonia Total. Parameter tersebut dipilih karena hasil karakterisasi memperlihatkan bahwa nilainya melebihi Baku Mutu Limbah cair Kegiatan Pengolahan Limbah B3 (BMLCK-PPLI-B3) pada Kepdal No. 4 Tahun 1995. Berikut adalah hasil dari penelitian di tahun pertama: 1) karakteristik fisika dengan parameter suhu, total padatan terlarut, dan total padatan tersuspensi mempunyai nilai secara berurutan sebesar 25,5-28,5⁰ C, 5.050,5-5.287,5 mg/L; dan 60,5-67,5 mg/L; 2) karakteristik kimia dengan parameter pH, F, Cl2, NH3-N, NO3-N, NO2-N, BOD5, COD, Detergen, Phenol, H2S, Minyak dan Lemak mempunyai nilai secara berurutan sebesar 6,84-6,955; <0,02 mg/L; <0,004 mg/L; 0,9915-2,5 mg/L; 0,1842-1,112; 0,01229-0,0139 mg/L; 155,8-561,5 mg/L; 440-1.328 mg/L, 0,1773-0,3155 mg/L; <0,019 mg/L; <0,02-0,15 mg/L; <1,05 mg/L; dan logam (Fe 1,5-2,285 mg/L, Mn 0,7975-1,25 mg/L, Cu <0,0169-0,04265 mg/L, Zn 0,0323-0,05015 mg/L, Cr 6+ <0,002 mg/L, Cr total <0,0269 mg/L, Cd <0,0067 mg/L, Hg <0,0002 mg/L, Pb <0,0547 mg/L, Ni 0,048-0,1215 mg/L, Co <0,0243-0,0535 mg/L, CN <0,002-0,019 mg/L, As 0-0,0175 mg/L, Se 0- 1,713 mg/L, dan Sn 0-1,9085 mg/L); 3) karakterisasi biologi yang dilakukan, meliputi Total Coliform dan bakteri resisten logam Fe, Zn, dan Mn. Hasilnya memperlihatkan bahwa Total Coliform pada lindi sebesar 2.000-140.000 Jumlah/100 ml dan isolat bakteri yang didapat adalah Bacillus, Micrococcus, dan Proteus (resisten logam Fe); Micrococcus, Bacillus, dan Proteus (resisten logam Zn); dan Micrococcus, Proteus, dan Bacillus (resisten logam Mn). Identifikasi bakteri resisten logam, juga dilakukan pada sedimen yang ada di bak penampungan lindi sebagai pembanding. Isolat bakteri yang teridentifikasi pada sedimen, yaitu Micrococcus dan Pseudomonas (resisten logam Fe); Bacillus, Pseudomonas, dan Micrococcus (resisten logam Zn); dan Bacillus, Micrococcus, dan Pseudomonas (resisten logam Mn). Hasil karakterisasi tersebut memperlihatkan bahwa lindi mengandung bahan organik yang tinggi dan berbagai jenis logam meskipun dengan konsentrasi yang rendah. Hal tersebut menunjukkan perlunya dilakukan pengolahan pada lindi TPA Klotok Kota Kediri. Apabila lindi langsung masuk ke badan air, dampak utamanya adalah penurunan nilai DO yang dapat mengancam kehidupan biota di perairan. Apabila kondisi tersebut berlangsung lama, maka akan terjadi kondisi anaerob bahkan anoksik di perairan. Pada proses tersebut, dihasilkan beberapa gas berbahaya seperti H2S yang berbau seperti telur busuk dan NH3-N. Selain itu, logam dalam jumlah yang kecil juga berdampak toksik jika terpapar dalam waktu yang lama. Kasus pencemaran Sungai Thames di London merupakan contoh betapa pentingnya dilakukan pengolahan limbah. Di sungai tersebut, pada tahun 1878 sebuah kapal bermesin uap bernama Princess Alice yang membawa sekitar 600 orang penumpang terbalik akibat sebuah tabrakan. Seluruh penumpang diberitakan meninggal bukan karena tenggelam, namun karena menghirup racun yang terkandung di air sungai yang tercemar berat. Selanjutnya, di tahun 1932 ketika wabah kolera menjangkiti penduduk kota, tercatat ribuan orang meninggal akibat penyakit tersebut dan di tahun 1957 sungai tersebut dideklarasikan sebagai sungai yang mati secara biologis, dimana kehidupan baik ikan maupun burung tidak ditemukan lagi disana. Hal tersebut iv diakibatkan oleh rendahnya kadar oksigen terlarut di air sungai serta racun yang terkandung dari polusi. Pengolahan biologi merupakan pengolahan yang tepat untuk lindi dari TPA Klotok Kota Kediri. Hal tersebut sesuai dengan perhitungan rasio BOD/COD lindi, yaitu 0,35-0,42, artinya adalah lindi dapat diolah secara biologis namun membutuhkan aklimitasi mikroorganisme (Rao dan Datta, 1979). Keberadaan bakteri resisten logam yaitu, Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, dan Proteus pada lindi juga memperlihatkan bahwa dalam lindi TPA Klotok Kota Kediri masih berpotensi untuk diolah secara biologi. Kesamaan antara bakteri pada lindi dan sedimen memperlihatkan bahwa pada lindi terdapat bakteri indigenous, yang dapat dijadikan sebagai agen biodegrasi bahan organik dalam lindi sebab 4 isolat tersebut, mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan organik. Hal ini sangat penting karena proses degradasi akan berhasil apabila bahan organik dalam suatu limbah dapat dihidrolisis sempurna menjadi asam amino, gula, dan asam lemak sehingga dapat diproses ke tahapan selanjutnya. Pengolahan ada yang dilakukan secara aerob maupun anaerob. Kelebihan proses aerob adalah penurunan nilai COD dalam waktu yang singkat, tetapi biaya operasional untuk proses aerasi mahal karena supply udara sebesar 43-123 m3 diperlukan untuk menguraikan 1 kg BOD (Sugiharto, 1987). Besarnya keperluan nutrien dan tingginya produksi lumpur juga membuat metode aerasi lumpur aktif tidak sesuai untuk menangani air limbah berkadar COD tinggi (Mai, 2006). Alternatif selanjutnya adalah proses anaerob yang menghasilkan lumpur dan memerlukan nutrien lebih sedikit dibandingkan metode aerob. Senyawa organik juga dapat dikonversi menjadi gas metana (CH4) dalam anaerobic digestion (Mai, 2006) sehingga metode anaerob sesuai digunakan sebagai pengolahan pendahuluan untuk menangani limbah berkadar BOD dan COD tinggi (Seejuhn, 2002). Oleh karena itu, pengolahan yang dipilih untuk lindi di TPA Klotok Kota Kediri pada penelitian ini adalah pengolahan secara anaerob. Sedangkan sistem yang dipilih adalah Anaerobic Baffled Reactor (ABR) yang terbukti mampu menangani laju pembebanan organik tinggi dengan waktu pengolahan relatif singkat. Rangkaian baffle vertikal dapat memaksa air limbah kontak dengan mikroorganisme dalam lumpur dan mengurangi kemungkinan terjadinya wash out (Movahedyan et al., 2007). Namun, kelemahan umum metode anaerob yaitu lambatnya laju pertumbuhan mikroorganisme akibat tingginya sensitivitas bakteri terhadap pH dan toksik masih ditemui (Seghezzo, 2004). Keberhasilan bioreaktor anaerob menurunkan kadar polutan limbah secara stabil tergantung kepada kemampuan kultur mikroorganisme untuk dapat melakukan adaptasi (aklimatisasi) dengan substrat yang akan diolah dan kondisi operasi pengolahan yang akan diterapkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu aklimatisasi dan jumlah benih dalam lumpur yang cukup (Schuner and Jarvis, 2009; Alexiou, 1998). Kelemahan ini, diharapkan dapat diminimalkan dengan ditemukannya 4 jenis isolat bakteri dengan kemampuan mendegradasi bahan organik. Sebagai pembanding, diteliti juga pengaruh penambahan lumpur aktif sebagai starter terhadap penurunan kandungan COD, BOD, dan Amonia total dari lindi. Mengingat bahwa di Indonesia, biasanya lokasi TPA sampah dan IPLT berada di satu area, maka digunakan lumpur aktif dari IPLT. Persyaratannya adalah nilai MLSS dan MLVSS >3.000 mg VSS/l. Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam pengolahan limbah adalah Specific Surface Area (SSA) terutama jika tipe pengolahan yang dipilih adalah dengan biakan melekat. Untuk membuktikan hal tersebut, digunakan biofilter sarang tawon pada penelitian ini. Terdapat 2 buah reaktor ABR yang digunakan pada penelitian ini, yaitu R1 (Sarang Tawon dengan Penambahan Lindi) dan R2 (Sarang Tawon Dengan Penambahan Lumpur Tinja). Tahapan penelitiannya meliputi pre treatment, seeding selama 3 minggu, aklimatisasi dengan sistem batch sampai tercapai steady state selama 12 hari, dan running secara kontinu dengan waktu detensi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 hari.

Item Type: Other
Uncontrolled Keywords: end-of-pipe, Coliform, karakteristik lindi, pembuangan sampah, limbah cair
Subjects: Q Science > Q Science (General)
T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering > TD1-1066 Environmental technology. Sanitary engineering
Divisions: 08. Fakultas Sains dan Teknologi > Biologi
Peer Review
Unair Research > Exacta
Creators:
CreatorsNIM
Sucipto Hariyanto, Dr. DEAUNSPECIFIED
Nita CitrasariUNSPECIFIED
Thin Soedarti, Dra., C.E.S.AUNSPECIFIED
Depositing User: Mr Akhmad Nurfizal Reza
Date Deposited: 09 Jan 2017 16:47
Last Modified: 21 Jun 2017 21:52
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/50360
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item