SUTRISNO, 079514607
(2002)
SIKAP DAN PEMIKIRAN WONG CILIK TENTANG "KELAS SOSIAL" DALAM NOVEL LORONG TANPA CAHAYA KARYA NGARTO FEBRUANA.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Lorong Tanpa Cahaya (LTC) merupakan novel Ngarto Februana yang diterbitkan oleh media Pressindo pada Juni 1999. Teks LTC menghadirkan tokoh Karti, yang menjadi objek cerita dan mewakili pemikiran wong cWk, pada fenomena sosial kehidupan sehari-hari pada masyarakat Jawa. Tokoh Karti terdeskripsi secara kongkret dalam situasi masyarakat Y ogyakarta pada zaman Orba. Ia merupakan korban ketidakadilan petugas ketertiban wnum dan polisi (Pemerintah). Peristiwa lainnya, di dalam teks LTC, membahas mengenai peristiwa penggusuran tanah yang menimbulkan sengketa antara kelompok kapital melawan kelompok marginal yaitu antara wong gede yang berlaku dumeh berhadapan dengan wong cilik yang bersikap pesimis. Dalam hal ini, peneliti membahas unsur-unsur yang membangun struktur teks LTC, sikap dan pemikiran wong cilik tentang kelas sosial, dan tindakan bijaksana yang diputuskan untuk mengikuti ants perkembangan zaman. Tujuan penelitian 1111 untuk mengungkapkan unsur-unsur yang membangun struktur teks LTC, mengetahui dan memahami sikap dan pemikiran wong cilik tentang kelas sosial yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat, dan mengetahui tindakan yang dilakukan wong cilik dalam kebijaksanaan hidup orang Jawa. Penelitian ini juga untuk menambah pengetahuan sastra, khususnya novel, memberikan swnbangan pemikiran dan wawasan bagi pembaca sastra.
Teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah teori stmktural dan psikologi sosial. Teori struktural membahas Imsur-lmsur yang membangun teks LTC dan teori psikologi sosial menjelaskan bagaimana proses sosialisasi dan interaksi mentransformasikan kesadaran menjadi realitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan. Dalam menganalisis teks, peneliti mencoba memahami teks serta mengkongkretkannya dengan realitas yang ada di luar teks, dilanjutkan dengan menginterpretasikan dengan gaya interaksi interpretasi. Hasil interaksi ini dihubungkan dengan realitas dan konteks sosial masyarakat.
T okoh Karti mempunyai sikap yang cenderung pesimis dan memiliki pemikiran nrimo. sumeleh karena terpersuasi oleh ketidakadanya kepercayaan diri. Wong cWk, seperti Karti, terbiasa dilemahkan oleh fenomena sosial yang sering kali menindasnya. Hal ini biasa teIjadi di masyarakat. Adanya intimidasi, kesewenang-wenangan wong gede merupakan latar belakang munculnya rasa takut, kebimbangan, kecemasan yang pada akhirnya melahirkan sikap dan pemikiran yang peSlmlS jika berhadapan dengan wong gede (penguasalpemerintah). Hal ini merupakan perilaku terbumk yang melemahkan kehidupan berbangsa dan bemegara. Sebagai tindakan yang paling bijaksana, wong cilik harus menghilangkah kebodohan, dengan beJajar dan bekeIja keras, sehingga kesewenang-wenangan wong gede bisa terimbangi, serta menerapkan kebijaksanaan hidup orang Jawa opo dumeh dalam kehidupan bermasyarakat.
Actions (login required)
|
View Item |