Shinta Devi Ika Santhi Rahayu, 079815654
(2003)
DINAMIKA UMAT KLENTENG BOEN BIO SURABAYA 1907-1967.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Studi ini membicarakan perkembangan aktivitas umat Klenteng Boen Bio pada awal abad ke-20 sampai akhir dasawarsa keenam abad ke-20 (1907-1967). Studi yang mengfokuskan pada tiga persoalan ini dimulai dengan deskripsi perkembangan wiIayah pecinan dan klenteng-klenteng di Surabaya. Bagian kedua menggambarkan latar belakang berdirinya klenteng Boen Bio yang diawali oleh gejolak nasionalisme Cina di negeri Cina maupun di Hindia Belanda, khususnya di Surabaya Bagian ketiga membicarakan tentang usaha-usaha masyarakat klenteng Boen Bio dalam mengembangkan ajaran Khonghucu dan nasionalisme Cina serta usaha untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan masyarakat bahwa ajaran Khonghucu adalah agama.
Studi ini memperlihatkan bahwa masyarakat Klenteng Boen Bio dalam kurun 1907-1967 mengalami banyak tantangan baik dari masyarakat non Khonghucu maupun dari pemerintah. Perkembangan pesat teIjadi setelah pemerintah era Soekamo mengeluarkan berbagai kebijakan yang menyatakan ajaran Khonghucu sebagai agama. Akan tetapi, perkembangan tersebut merosot secara tajam setelah peristiwa G 30 S dan pergantian pemimpin dari Soekamo ke Soeharto. Setiap pergantian penguasa· selalu membawa pengaruh bagi perkembangan aktivitas masyarakat Klenteng Boen Bio maupun umat Khonghucu. Pasang surutnya perkembangan itu tidak dapat dilepaskan juga dari upaya penguasa untuk memantapkan hegemoninya. Pemantapan hegemoni dilakukan antara lain dengan dikeluarkannya berbagai macam kebijakan yang sangat berpengaruh pada perkembangan agama Khonghucu. Di antara kebijakan-kebijakan itu ada yang bersifat menekan berkembangnya agama Khonghucu dan ada yang bersifat memberi kebebasan pada berkembangnya agama Khonghucu, ada yang dilakukan dengan cara halus sehingga pemeluk agama Khonghucu tanpa terasa mengikuti keinginan penguasa dan ada yang dilakukan dengan cara memaksa, tapi tidak mendapat perlawanan dari pemeluk Agama Khonghucu.
Agama Khonghucu yang pada awalnya tidak mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda dan masyarakat, khususnya yang beragama Kristen serta penganut paham sekuler akhimya mendapat pengakuan pada masa kepemimpinan Soekarno, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, sudah jelas mendapat pengakuan dari pemerintah pendudukan Jepang karena sebagian masyarakat Jepang adalah pemeluk Agama Khonghucu.
Sejalan dengan berkembangnya situasi politik di Indonesia pasca peristiwa G 30 S, mulai terjadi tekanan terhadap umat beragama Khonghucu walaupun masih mendapat pengakuan sebagai agama. Hal itu disebabkan segala hal yang berasal dari Cina dihubungkan dengan komunis, apalagi menurut pemeluknya, Agama Khonghucu adalah sumber kebudayaan Cina atau merupakan budaya Cina.
Dari berbagai persoalan tersebut, penulis berusaha mengkajinya dengan seperangkat metode yang sudah lazim dalam ilmu sejarah. Kajian dilakukan dengan menggunakan sumber primer, terutama Akte van Oprichting der Vereeniging "Boen Bio" dan Akte Pendirian Perhimpunan Agama Khonghucu Indonesia Surabaya. Disamping itu, media pers yang terbit pada waktu itu, baik yang diterbitkan oleh lembaga-Iembaga agama Khonghucu maupun penerbit umum sangat mendukung penelitian ini. Sumber-sumber tersebut dilengkapi dengan wawancara serta berbagai buku, dan jumal yang relevan dengan topik kajian.
Actions (login required)
|
View Item |