ANGGUN FITRARIA NIRMALASARI PASMA
(2016)
PENGARUH MINUMAN BERENERGI TERHADAP
TERJADINYA PENYAKIT GINJAL KRONIS PADA HEWAN
COBA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN MARKER
IMUNOHISTOKIMIA α-SMOOTH MUSCLE ACTIN.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Minuman berenergi termasuk salah satu makanan yang terdiri
dari komponen multivitamin makronutrien (karbohidrat, protein), taurin,
dengan atau tanpa kafein dan biasanya diindikasikan untuk menambah
tenaga, kesegaran, stimulasi, metabolisme, memelihara kesehatan dan
stamina tubuh, yang diminum pada saat bekerja keras atau setelah berolah
raga. Minuman berenergi merupakan faktor risiko yang memberikan
kontribusi terhadap berkembangnya penyakit ginjal kronis. Penurunan
kesehatan seseorang yang mengonsumsi minuman berenergi biasanya
dikaitkan dengan kandungan kafein didalamnya, sehingga pada penelitian
ini ditujukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari kafein dalam
minuman berenergi terhadap terjadinya penyakit ginjal kronis pada hewan
coba. Penyakit ginjal kronis merupakan sebuah kehilangan fungsi ginjal
yang terjadi secara progresif selama beberapa bulan sampai tahunan, yang
ciri-cirinya terjadi perubahan secara berangsur-angsur terhadap normal
struktur ginjal dengan fibrosis intersisial. Frekuensi konsumsi minuman
berenergi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis lebih sering daripada
pada pasien non-penyakit ginjal kronis, sehingga penelitian ini penting
dilakukan untuk mengetahui efek minuman berenergi tersebut terhadap
ginjal.
Tiga puluh dua ekor hewan coba tikus putih yang dibagi
menjadi empat kelompok (masing-masing 8 ekor) ditandai sebagai
kelompok kontrol negatif (KN), kelompok kontrol positif (KP), kelompok
perlakuan dosis rendah (P1), dan kelompok perlakuan dosis tinggi (P2). KN
diberi perlakuan dengan aquadest, KP dengan kafein murni, P1 dengan
minuman berenergi dosis 3,853 ml/kg BB, P2 dengan minuman berenergi
dosis 7,709 ml/kg BB. Setiap kelompok diberi perlakuan dua kali sehari
selama 60 hari. Pengambilan data meliputi urinalisis (kreatinin urin) dan
hematologi (kreatinin serum dan BUN) yang dilakukan pada hari ke-0, 40,
dan 60. Setelah hari ke-60, hewan diterminasi untuk diambil organ ginjalnya untuk dianalisis secara histopatologi dan imunohistokimia
menggunakan marker alpha-smooth muscle actin (alpha-SMA).
Dari serangkaian analisis, didapatkan hasil bahwa minuman
berenergi berpengaruh pada penurunan kadar kreatinin urin tiap kelompok
percobaan (p<0,001) dan tiap waktu pengambilan data (p<0,01). Minuman
berenergi juga berpengaruh pada penurunan volume urin tiap kelompok
percobaan (p<0,05), namun tidak bermakna tiap waktu pengambilan data
(p=0,447). Selain itu, kreatinin serum juga menurun kadarnya di tiap
kelompok percobaan (p<0,001) dan waktu pengambilan data (p<0,001).
Terjadi penurunan pada kadar BUN, namun tidak signifikan. Dari hasil
pengamatan histopatologi organ ginjal hewan coba, terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol
positif (p<0,001) dan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan (p<0,001). Dari pengamatan imunohistokimia, α-SMA kelompok
kontrol negatif hanya terdapat di sekitar pembuluh darah, namun pada
kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan α-SMA ditemukan pada
bagian glomerulus, tubulus, dan intersisial ginjal. Kesimpulannya, pada
percobaan ini minuman berenergi mempengaruhi terjadinya penurunan
fungsi ginjal hewan coba yang mengarah pada penyakit ginjal kronis.
Actions (login required)
|
View Item |