ROISATU HIKMATUL A’LA, 051211131061
(2016)
STUDI PENGGUNAAN ARTIFICIAL TEARS
PADA PASIEN DRY EYE SYNDROME
(Penelitian dilakukan di Klinik Mata Surabaya).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Pada pasien dry eye syndrome terjadi penurunan jumlah air mata,
sensitifitas permukaan, fungsi ketajaman penglihatan, dapat terjadi pula
reaksi infeksi dan inflamasi sehingga sangat berbahaya karena
mengakibatkan penurunan penglihatan (Catania et al., 2010; Alkhozi et al.,
2013). Penurunan volume lapisan air mata serta munculnya gejala-gejala
tersebut perlu segera ditangani untuk mencegah kondisi klinis pasien yang
semakin memburuk.
Tujuan dari terapi adalah pengurangan gejala, peningkatan
diameter lapisan air mata dan perbaikan kondisi klinis pada permukaan
mata (Asbell et al., 2010). Rekomendasi terapi berdasarkan dengan
gejalanya yang disusun dalam International Dry Eye Workshop pada tahun
2007 mengkategorikan tingkatan terapi menjadi empat. Tingkat 1 adalah
manajemen lingkungan, mengeliminasi pengobatan sistemik, dan
penggunaan artificial tears. Apabila terapi tersebut tidak dapat mengatasi
keluhan maka naik ke tingkat 2 dan seterusnya (Pflugfelder et al., 2007).
Penanganan yang paling penting dan paling sering diberikan adalah
artificial tears (Asyari Fatma, 2007). Artificial tears atau air mata buatan
bertujuan untuk mengurangi osmolaritas, homeostasis normal dari
permukaan mata, membersihkan kotoran pengiritasi dan toksik pada lapisan
air mata dan melindungi permukaan mata (Pflugfelder et al., 2007; Asyari
Fatma, 2007). Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji
penggunaan artificial tears dalam mengatasi keluhan akibat dry eye
syndrome terhadap pasien yang dirawat di Klinik Mata Surabaya. Penelitian
dilakukan secara observasional prospektif terhadap data tes schirmer dan
kuesioner pasien selama periode 1 Maret – 6 Juni 2016. Jumlah total pasien
yang mendapatkan terapi artificial tears adalah sebanyak 27 pasien. Namun
hanya 10 pasien yang melakukan kontrol sehingga data outcome terapi
diambil dari 10 pasien tersebut. Dalam penelitian ini artificial tears yang digunakan terdiri dari
berbagai macam bahan yaitu sodium hyaluronat, hidroksi propil metil
selulosa (HPMC), Dextran 70, Gliserin, Polyvinyl pirolidon, vitamin A,
CMC sodium, carbomer, fexofenadin, metil selulosa (MC), natrium klorida,
dan kalium klorida. Bahan yang paling banyak digunakan sebagai terapi
adalah sodium hyaluronat yaitu sebanyak 85,2% pasien. Sodium hyaluronat
mempunyai duration of action yang panjang serta dapat mencegah
kerusakan mata dengan cara menyimpan molekul H2O sehingga mencegah
penguapan, menghilangkan rasa terbakar, iritasi dan ketidaknyamanan yang
disebabkan karena kekeringan pada mata sehingga dapat mempercepat
perbaikan permukaan mata yang rusak (Chris et al., 2013; Asyari Fatma,
2007; Essa Laika, 2014). Viskositasnya yang sesuai dapat menstabilkan
lapisan air mata, mengurangi gejala berpasir dan terbakar (Essa Laika,
2014).
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa artificial
tears dapat mengatasi keluhan akibat dry eye syndrome yang dibuktikan
dengan hasil perhitungan statistik metode paired sample t test data volume
air mata pasien sebelum dan sesudah terapi menggunakan parameter
schirmer’s test yang didapatkan sig 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan volume lapisan air mata sebelum dan setelah terapi
artificial tears. Serta dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan kepada
pasien melalui kuesioner McMonnies yang menunjukkan adanya
pengurangan gejala hingga hilangnya semua gejala.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya
efek samping pemberian artificial tears pada pasien dry eye syndrome serta
tidak ditemukan pula adanya interaksi dengan pemberian obat-obatan lain
yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa terapi artificial tears aman
digunakan dalam penyembuhan dry eye syndrome. Namun penelitian
selanjutnya perlu dilakukan dengan waktu yang lebih lama untuk melihat
efektivitas dari terapi artificial tears terhadap pasien dry eye syndrome.
Actions (login required)
|
View Item |