ZAKARIA,YASMIN NABILAH, 051211133095
(2016)
PROFIL PENGGUNAAN FLUKONAZOL PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN KANDIDIASIS
(Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Kandidasis merupakan infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang yang terinfeksi HIV dan orang yang sistem kekebalan imun tubuhnya menurun. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut Kandida dan spesies kandidia yang terbanyak menyebabkan infeksi adalah Candisa albicans. Pada mulut, infeksi ini disebut thrush dan apabila menyebar lebih dalam pada tenggorokan disebut esophagitis dan gejala yang dapat dilihat dirasakan adalah gumpalan putih kecil seperti busa atau bercak putih dan apabila sudah menyebar ke esophagus, gejala yang dapat dirasakan adalah sakit tenggorokan, sulit menelan, mual dan hilang nafsu makan. Gejala pada vaginitis termasuk gatal, rasa terbakar dan keluar cairan kental putih. Kandidiasis juga dapat menyebar dan menimbulkan infeksi pada otak,jantung, sendi dan mata. Terapi kandidiasis dapat diberikan secara lokal maupun sistemik, terapi lokal diberikan sebagai line pertama jika pasien masih tidak membaik maka terjadi penggantian terapi dari lokal ke sistemik. Terapi sistemik yang masih digunakan sehingga sekarang adalah Flukonazol dimana Flukonazol merupakan obat antifungi generasi pertama dari golongan triazol sintesis dan agen fungistatik aktif terhadap Candida spp dan semakin resisten serta berpotensial menimbulkan interaksi dengan obat tertentu adalah faktor yang mendorong untuk melakukan penelitian terkait kasus HIV/AIDS dan studi penggunaan flukonazol di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mempelajari profil penggunaan antifungi Flukonazol terkait jenis, rute, dosis, data klinis, data laboratorium serta mengidentifikasi problema Flukonazol yang mungkin terjadi. Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan rancangan deskriptif retrospektif dilaksanakan pada bulan April – Mei 2016. Berdasarkan hasil penelitian pada 33 RMK pasien HIV/AIDS didapatkan 30 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dari 30 orang tersebut diketahui bahwa mayoritas pasien yang terinfeksi HIV/AIDS adalah laki-laki (67%) pada rentang usia 30-39 tahun (50%) dimana data yang diperoleh dapat mendukung laporan dari Kemenkes RI bahwa pola penularan HIV/AIDS pada rentang usia produktif ini cenderung menjalani kehidupan secara heteroseksual maupun homoseksual dan menggunakan narkoba injeksi. Jenis kandidiasis yang terbanyak ditemukan adalah kandidiasis oral (60%) dengan penampakan klinis bercak putih di mulut (17%) dimana kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang umum dialami oleh pasien HIV/AIDS pada saat penurunan sistem imun tubuh. Dosis yang digunakan beragam sesuai dengan jenis kandidiasis yang dialami oleh pasien. Dari penelitian ini diketahui sebanyak 14 pasien (47%) yang mendapatkan terapi tunggal Flukonazol, 15 pasien (50%) mendapatkan terapi kombinasi dan hanya 1 pasien (3%) mendapatkan penggantian terapi antifungi. Dosis tunggal terbanyak adalah 200mg secara intravenus pada 13 pasien (52%) dosis penggantian terbanyak adalah 400mg secara intravenus sebagai loading dose diikuti dengan 200mg secara intravenus sebagai maintanace dose pada 8 pasien (32%) dimana tujuan loading dose diberikan adalah untuk konsentrasi obat yang diinginkan tercapai dengan cepat pada pasien. Dosis Flukonazol yang diberikan kepada pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis di RSUD Saiful Anwar tidak melebihi dari 400mg sehari dan menurut Charlier et al, 2006, efek samping hanya terjadi apabila dosis melebihi dari 400 mg/hari. Dapat disimpulkan bahwa tanda klinis pasien seperti mual, muntah dan diare yang dialami oleh bukan dari efek samping terapi Flukonazol. Kondisi pasien semakin membaik dengan berkurangnya penampakan gejala klinis sepanjang pasien MRS tidak dituliskan pada rekam medik maka data respon pasien terhadap dosis yang diberikan tidak dapat dianalisa. Oleh karena itu, disarankan pencatatan RMK sebaiknya dilakukan secara lengkap dan jelas sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat sebagai sarana, dokumentasi, edukasi dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Drug related problem (DRP) yang ditemukan pada penelitian ini adalah interaksi obat potensial Flukonazol dengan Omeprazol pada 13 pasien (48%), Rifampicin dan Efavirenz masing-masing 7 pasien (26%). Namun begitu, DRP aktual tidak dapat diidentifikasi karena adanya keterbatasan dalam rekam medik dan tidak disertakan oleh data yang mendukung sehingga sulit untuk memastikan adanya DRP aktual. Maka disarakan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode prospektif, dimana dengan metode ini diharapkan data mengenai respon terapi lebih representatif.
Actions (login required)
|
View Item |