SEPTIA ARIANI, 121211131010
(2016)
LAKON WAYANG KULIT BANJARAN PRABU WATU
GUNUNG DALAM TRADISI NYADRAN
(ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI BAGI MASYARAKAT
DESA BALONGDOWO, SIDOARJO).
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Penelitian ini bertujuan: (1) mendokumentasikan lakon wayang kulit
Banjaran Prabu Watu Gunung dalam tradisi nyadran; (2) mengungkapkan
struktur lakon wayang kulit Banjaran Prabu Watu Gunung dalam tradisi nyadran,
dan (3) mengungkapkan fungsi lakon wayang kulit Banjaran Prabu Watu Gunung
dan tradisi nyadran bagi masyarakat Desa Balongdowo-Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan teori struktural yang berusaha mengungkap
unsur tema, tokoh, alur, dan latar cerita. Dalam menganalisis alur terlebih dahulu
dilakukan identifikasi kejadian dan peristiwa untuk mengetahui motif cerita.
Lakon Banjaran Prabu Watu Gunung dan tradisi nyadran merupakan suatu
bagian dari folklor, sehingga untuk mengungkap fungsi menggunakan teori 6
(enam) fungsi folklor yang bersifat umum menurut Alan Dundes. Penelitian ini
dilakukan di Desa Balongdowo. Kecamatan Candi-Sidoarjo dan Dusun
Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran-Sidoarjo. Dalang Ki Hasan
Yulianto sebagai informan kunci lakon wayang kulit Banjaran Prabu Watu
Gunung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan folklor bagi pengarsipan/pendokumentasian. Metode etnografi
digunakan untuk mendeskripsikan wilayah kebudayaan. Analisis data menggunakan
metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan data dan menganalisisnya
dengan seksama.
Hasil penelitian ini sebagai berikut (1) pendokumentasian lakon wayang
kulit Banjaran Prabu Watu Gunung yang berbentuk prosa dengan disertai
terjemahan; (2) struktur lakon wayang kulit Banjaran Prabu Watu Gunung yang
terdiri atas unsur tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema. Alur lakon wayang
kulit Banjaran Prabu Watu Gunung yang terdiri atas 134 kejadian dan 12
peristiwa, sedangkan motif-motif cerita dalam lakon wayang kulit Banjaran
Prabu Watu Gunung, yaitu: bertapa, ameng-ameng, tersesat, godaan, pertarungan,
pelarian, sirna, dan penebusan dosa; (3) fungsi lakon wayang kulit Banjaran
Prabu Watu Gunung dan tradisi nyadran, yaitu: sebagai alat bantu pendidikan
anak muda, peningkatan solidaritas kelompok, alat sanksi sosial, sarana kritik
sosial, dan hiburan.
Actions (login required)
|
View Item |