DWI PUJI WIJAYANTI, NIM011314653001 (2017) PENGARUH FREKUENSI PAPARAN STRESOR CAHAYA SAAT KEBUNTINGAN TERHADAP JUMLAH DENDRIT DAN EKSPRESI mTORC1 OTAK ANAK MENCIT (Mus musculus) BARU LAHIR. Thesis thesis, Universitas Airlangga.

Preview	Text (abstrak) abstrak.pdf Download (234kB) | Preview
	Text (full text) DWI PUJI WIJAYANTI.pdf Restricted to Registered users only until 18 August 2020. Download (2MB)

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah dendrit yang signifikan antara kelompok kontrol (22.30) dan kelompok perlakuan 2 (7.55) . Hal yang serupa juga didapatkan pada ekpresi mTORC1. Terdapat perbedaan yang berarti pada ekpresi mTORC1 kelompok kontrol (1.14) dan kelompok perlakuan 2(4.28). Selain itu, didapatkan juga hubungan (p < 0,05) antara jumlah dendrit dan ekpresi mTORC1 otak anak mencit baru lahir dengan menggunakan korelasi Pearson. Hasil uji korelasi Pearson didapatkan nilai signifikansi 0,068 dengan p < 0,05 dan nilai korelasi 0,338 dengan arah korelasi negatif. Diskusi dan Kesimpulan: Paparan stres fisik cahaya pada fase organogenesis selama masa kebuntingan dapat menurunkan jumlah dendrit pada otak anak mencit baru lahir dan meningkatkan ekpresi mTORC1 otak anak mencit baru lahir. Jika dibandingkan dengan proses kehamilan pada manusia dan potensi kecerdasan anak yang ditentukan oleh jumlah dendrit(jumlah dendrit tidak bertambah lagi setelah lahir) maka menghindari stres saat kehamilan adalah hal yang penting. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut pada manusia mutlak diperlukan.

Actions (login required)

View Item