MOHAMAD ADIB RUSYDEE BIN AHMAD, 051211133101 (2016) STUDI PENGGUNAAN ISOFLURAN MENGGUNAKAN MESIN ANESTESI DENGAN VENTILATOR DAN TANPA VENTILATOR (Penelitian dilakukan di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya). Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Preview	Text (ABSTRACT) KKC KK FF FK 06-17 Ahm s-Abstrak.pdf Download (306kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) KKC KK FF FK 06-17 Ahm s.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Saat ini semakin banyak pasien memiliki penyakit yang memerlukan pembedahan dan untuk itu diperlukan anestesi yang adekuat, yakni dengan penggunaan anestesi regional maupun dengan anestesi umum yaitu dengan anestesi inhalasi. Anestesi umum ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan intubasi dan memberikan ventilasi, baik dengan mesin anestesi yang dilengkapi ventilator maupun dengan ventilasi manual (Bagging). Di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya pada periode April-Juni 2008 didapatkan 54,95% (1110 dari 2020 pasien) dilakukan anestesi umum dengan ventilasi manual, karena tidak tersedianya mesin anestesi yang dilengkapi dengan ventilator di tiap-tiap kamar operasi. Kelebihan menggunakan ventilasi manual adalah kita dapat memberikan oksigenasi yang lebih baik daripada bila pasien memakai ventilator karena tingginya tekanan jalan nafas (airway pressure) saat dilakukan ventilasi manual, dibandingkan bila pasien menggunakan ventilator. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan obat anestesi inhalasi (isofluran) dengan menggunakan mesin anestesi dilengkapi ventilator dan tanpa ventilator pada pasien yang menjalani operasi di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 26 Juli – 11 agustus 2016. Penelitian dilakukan secara crosssectional-prospective telah dinyatakan “layak etik”. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah pasien yang menjalani operasi dan menerima obat anestesi inhalasi (isofluran) di Ruang Operasi OK Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD DR. Soetomo Surabaya. Dari hasil penelitian sampel sebanyak 47 pasien didapatkan tiada perbedaan jumlah penggunaan obat anestesi inhalasi (isofluran) pada pasien yang menjalani operasi berdurasi kurang dari 2 jam di (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang menggunakan ventilator maupun ventilasi manual (bagging). Hal ini disebabkan masih terdapat efek dari obat fentanyl yang diberikan sebelum intubasi sebagai co-induction. Dari hasil penelitian ini perbedaan dapat dilihat pada operasi yang berdurasi lebih dari 2 jam. Hal ini karena terdapat perbedaan jumlah pemberian Fresh Gas Flow (FGF) antara ventilator dan ventilasi manual. Pada pemakaian dengan ventilasi manual (bagging) jumlah FGF lebih besar dibanding pemakaian dengan ventilator karena pemberiannya ditetapkan secara manual oleh dokter anestesi, manakala dengan ventilator pula jumlah FGF diberikan oleh mesin yang ditetapkan secara automatik oleh dokter anestesi. Semakin besar jumlah pemberian Fresh Gas Flow (FGF), semakin besar jumlah volume penggunaan obat anestesi inhalasi (isofluran). Perbedaan jumlah penggunaan obat anestesi inhalasi antara ventilator dan ventilasi manual (Bagging) berpengaruh kepada biaya yang dikenakan sehingga dapat merugikan pasien yang menjalani operasi.

Actions (login required)

View Item