Rita Handayani, NIM011228066302 (2018) ANGKA KEJADIAN EPISTAKSIS PADA INTUBASI DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. Thesis thesis, Universitas Airlangga.
|
Text (Abstrak)
PPDS.AT. 08-18 Han a Abstrak.pdf Download (206kB) | Preview |
|
Text (Fulltext)
PPDS.AT. 08-18 Han a.pdf Restricted to Registered users only until 15 October 2021. Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Latar Belakang : Intubasi nasotrakea adalah tehnik anestesi yang disukai oleh operator bedah pada operasi-operasi di daerah maksilofacial, intubasi nasotrakea juga merupakan cara yang dianjurkan untuk pengamanan jalan nafas pada operasioperasi di daerah wajah khususnya pada operasi-operasi maksilofacial, tidak hanya pada pasien yang menjalani operasi oral tetapi juga sebagai tehnik pengelolaan jalan nafas yang dianjurkan pada pasien dengan trauma wajah atau kelainan anatomi lainnya yang membuat intubasi orotrakea tidak mungkin dilakukan. Tetapi disamping keuntungan dari tehnik ini terdapat efek samping yang dapat berdampak buruk pada pasien, salah satunya adalah epistaksis. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya tindakan pencegahan mulai saat perioperatif sampai dengan saat melakukan tindakan intubasi nasotrakea, namun Epistaksis tetap merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Selain tindakan pencegahan, upaya yang dilakukan adalah mengetahui faktor- aktor apa saja yang dapat menyebabkan efek samping ini terjadi. Metode: Telah dilakukan penelitian observasional analitik terhadap 36 pasien yang akan menjalani operasi elektif dengan tehnik intubasi nasotrakea di kamar operasi RSUD dr Soetomo Surabaya. Dilakukan observasi kejadian epistaksis yang terjadi pada saat intubasi nasotrakea dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya epistaksis. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diteliti adalah ukuran ETT, berdasarkan lubang hidung, keterampilan operator anestesi, lamanya waktu yang diperlukaan saat melakukan intubasi nasotrakea. Hasil: Terdapat hubungan untuk ukuran ETT dan lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan intubasi nasotrakea. Faktor –faktor ini bermakna apabila P < 0,05. Sedangkan untuk faktor-faktor lubang hidung, keterampilan operator menjadi tidak bermakna (P> 0,005) Kesimpulan: Kejadian Epistaksis yang terjadi pada intubasi nasotrakea dapat diakibakan oleh beberapa faktor seperti ukuran ETT yang terlalu besar dapat melukai mukosa hidung, faktor yang ke dua adalah lama yang di butuhkan untuk melakukan intubasi nasotrakea hal ini disebabkan karena semakin lama waktu yang diperlukan akan semakin lama mukosa hidung menjadi teriritasi oleh ETT dan semakin besar juga peluang hidung teriritasi.
Item Type: | Thesis (Thesis) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKA KK PPDS.AT. 08-18 Han a | ||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | intubasi nasotrakea, Epistaksis, ETT, lubang Hidung, lama intubasi. | ||||||||||||
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) | ||||||||||||
Divisions: | 01. Fakultas Kedokteran > Anestesiologi dan Reanimasi | ||||||||||||
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Depositing User: | Tatik Poedjijarti | ||||||||||||
Date Deposited: | 15 Oct 2018 10:17 | ||||||||||||
Last Modified: | 15 Oct 2018 10:17 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/74728 | ||||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||||
Actions (login required)
View Item |