Dwi Putri Ratnasari, 050513188
(2009)
VALIDASI METODE BIOAUTOGRAFI UNTUK PENENTUAN CAMPURAN TETRASIKLIN DAN OKSITETRASIKLIN.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Tetrasiklin dan oksitetrasiklin merupakan antibiotik yang banyak digunakan untuk pencegahan dan perawatan infeksi pada manusia dan hewan. Adanya resiko tertinggalnya residu tetrasiklin dan oksitetrasiklin pada produk makanan hewani tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi pada manusia dan meningkatkan resistensi antibiotik terhadap mikroorganisme. Diperlukan metode untuk mengontrol sediaan farmasi dan produk makanan hewani berkaitan dengan penggunaan antibiotik. Kontrol dapat dilakukan dengan metode analisis antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan untuk determinasi tetrasiklin dan oksitetrasiklin antara lain High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Liquid chromatography/ tandem mass spectrometry (LC-MS/MS), Kromatografi Planar, Microbiological, Immunoassay.
Hasil analisis tetrasiklin dan oksitetrasiklin dengan metode kromatografi lapis tipis dapat tercapai lebih baik dan valid bila dilakukan pengembangan teknik menggunakan bioautografi, yaitu teknik untuk mendeteksi senyawa yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan bakteri dalam campuran matrik yang komplek. Kelebihan metode bioautografi adalah dapat digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif Berta uji aktivitas biologi antibiotik suatu senyawa. Metode kromatografi lapis tipis (KLT) berperan untuk analisis kualitatif. Besarnya daya hambat pertumbuhan bakteri diperoleh dengan mengukur diameter zona hambat Penggunaan metode bioautografi harms divalidasi agar dapat diaplikasikan untuk kontrol kualitas sediaan farmasi dan produk-produk makanan hewani. Parameter validasi yang digunakan meliputi parameter linearitas, akurasi (rekoveri), presisi (KV), limit deteksi dan limit kuantitasi.
Pada penelitian ini digunakan tetrasiklin dan oksitetrasiklin yang dilartkan dalam metanol secara terpisah. Masing-masing ditotolkan pada fase diam silika gel F254. Fase gerak yang digunakan adalah campuran kloroform: metanol: natrium EDTA (60:25:5), dengan bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 dalam media pertumbuhan Nutrient Agar dan suhu inkubasi 32 °C selama 24 jam.
Persamaan regresi untuk tetrasiklin adalah Y = 2,088X – 2,924, dengan r = 0,981, Vx° = 1,8%. Persen rekoveri = (94,3 ± 3,1)% dan harga KV = (2,6 ± 2,2)%. Limit deteksi dan limit kuantitasi untuk tetrasiklin adalah 20,0 ppm dan 60,0 ppm. Persamaan regresi untuk oksitetrasiklin adalah Y = 1,706X – 1,888, dengan r = 0,966 dan Vx° = 1,9%. Persen rekoveri = (91,9 ± 4,9)% dan harga KV = (2,4 ± 2,1)%. Limit deteksi dan limit kuantitasi untuk oksitetrasiklin 30,0 ppm dan 75,0 ppm.
Hasil yang lebih sensitif dapat dicapai bila menggunakan lempeng High performance thin layer chromatography (HPTLC) ataupun lempeng Reverse phase thin layer chromatography (RP-TLC). Pengecekan kembali letak noda antibiotik pada kromatogram pada sinar UV 366 nm hendaknya selalu dilakukan, untuk mencegah timbulnya area hambatan yang memanjang akibat noda tailing.
Actions (login required)
|
View Item |