Anton Abby Chandra, NIM011228056307 and Achmad Chusnu Romdhoni, NIDN. 0002097604 (2016) Nasopalatine cyst (a case report). Jurnal THT-KL, 9 (2). pp. 56-63. ISSN 23378417
Text (Similarity)
Kista Nasopalatina.pdf Download (2MB) |
|
Text (Peer Review)
Kista Nasopalatina.pdf Download (2MB) |
|
Text (Artikel)
Kista Nasopalatina.pdf Download (280kB) |
Abstract
PENDAHULUAN Kista nasopalatina pertama kali dijelaskan oleh Meyer pada tahun 1914. Kista nasopalatina (KNP) dikenal juga dengan nama incisive canalcyst, anterior middle cyst, dan anterior middlepalatine cyst yang diduga berasal dari sisa embrionik duktus nasopalatina yang menghubungkan antara cavum nasi dan maksila anterior pada perkembangan fetus. Pada umumnya kista berkembang pada garis tengah maksila anterior dekat foramen incisive. Kista ini merupakan kista yang tersering dari kista non odontogenik rongga mulut, dengan angka kejadian sekitar 1% dari populasi.1,2 Kista duktus nasopalatina dapat terjadi pada semua usia tetapi tersering antara usia 40-60 tahun, dengan jenis kelamin pria 3x lebih banyak dibanding wanita. Ras yang tersering adalah ras kaukasia, negro atau asia dan jarang terjadi pada anak.1,2 Penderita KNP umumnya tanpa keluhan dan lesi kista ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan rutin radiologi. Hasil radiologi menunjukan lesi radiolusen berbentuk bulat, oval atau hati dengan batas jelas yang berlokasi pada garis tengah anterior maksila.1,3 Keluhan awal umumnya timbul pada daerah kaudal lesi apabila kista mengalami inflamasi atau infeksi pada 46% kasus, keluhan lain berupa sensasi rasa terbakar yang dapat timbul pada daerah anterior maksila, nasal bridge dan mata. Dapat juga berupa rasa gatal, pembengkakan pada bibir atau palatum, rasa asin akibat drainase cairan kista yang bocor dan rasa nyeri akibat tekanan pada struktur sekitarnya, tidak jarang juga meninmbulkan deformitas wajah akibat pertumbuhan dan ekspansi kista intraoral.1,2,4 Teori terjadinya KNP masih belum jelas, tetapi banyak ahli meyakini teori proliferasi spontan. Teori sebelumnya yang menganggap bahwa KNP sebagai fissural cyst yang berasal dari epitel yang terperangkap pada saat proses embriologi sudah tidak dianut lagi. Banyak ahli percaya bahwa KNP berkembang dari sisa epitelial ductus oronasal dengan canalis incisive. Banyak faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya KNP diantaranya faktor trauma lokal saat proses mengunyah atau kesalahan pemasangan gigi palsu, infeksi bakteri, proliferasi spontan dan faktor ras atau genetik.2,5,6 Pada pemeriksaan histologi menunjukan hasil tipe epitel yang bervariasi tergantung lokasi yang terlibat yaitu palatum, nasal atau keduanya. Epitel sel squamous, epitel skuamus bersilia sering didapatkan, yang menunjukan lokasi lesi cenderung pada area yang tinggi atau pada daerah hidung.4,7 Diagnosis banding KNP yang sering yaitu duktus nasopalatina yang besar, kista radikuler, kista dentigerous, granuloma yang besar,tumor keratokistik odontogenik, kista nasoalveolar.8,9 Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mendiskusikan kasus seorang penderita kista nasopalatina yang jarang terjadi dan telah berhasil dilakukan eksisi dengan pendekatan insisi ginggivobucal.
Item Type: | Article | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kista Nasopalatina, Duktus Nasopalatina, Insisi Ginggivobucal | ||||||
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RF Otorhinolaryngology |
||||||
Divisions: | 01. Fakultas Kedokteran > Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (Spesialis) | ||||||
Creators: |
|
||||||
Depositing User: | arys fk | ||||||
Date Deposited: | 01 Oct 2019 06:56 | ||||||
Last Modified: | 01 Oct 2019 06:56 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/87546 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |