MARTHA IKA RIYANA, 050710178 (2013) PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% Barleria Lupulina UNTUK MENINGKATKAN KEPADATAN TULANG. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

	Text (ABSTRAK) download.php_id=gdlhub-gdl-s1-2013-riyanamart-23364&no=6 Download (1kB)
	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s1-2013-riyanamart-23364-1.FULLTEXT.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Tanaman Barleria lupulina atau yang biasa disebut sebagai landik merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat. Salah satu khasiatnya yang diuji pada penelitian ini adalah peningkatan kepadatan tulang. Penelitian terdahulu menyebutkan telah dilakukan skrining dari 32 tanaman Indonesia terhadap aktivitas alkaline fosfatase (ALP) sebagai marker dari diferensiasi osteoblas dan diperoleh hasil bahwa Barleria lupulina, Graptophyllum pyctum, dan Spilanthes acmella menstimulasi aktivitas ALP sebesar 139%, 128%, dan 169%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada tanaman ini mengandung iridoid glikosida yang berpotensi digunakan untuk pengobatan osteoporosis karena mampu meningkatkan pembentukan masa tulang, yang dapat menstimulasi aktivitas alkaline fosfatase (ALP) sebagai marker dari diferensiasi osteoblas. Sedangkan pada penggunaan secara tradisional, Barleria lupulina digunakan sebagai alternatif pengobatan artritis. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi berulang sebanyak tiga kali. Kemudian diuapkan dengan rotavapor dan diperoleh ekstrak kental etanol 70%. Selanjutnya ekstrak dikeringkan dengan metode freeze dry sehingga didapatkan serbuk kering etanol 70% Barleria lupulina. Selanjutnya disiapkan hewan coba dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yakni kelompok kontrol negatif (pemberian aqua+CMC-Na), kelompok kontrol positif (pemberian alendronat), kelompok ekstrak Barleria lupulina, serta kelompok kombinasi (pemberian ekstrak disertai latihan fisik). Sebelumnya, mencit diinduksi dengan kortikosteroid berupa dexamethasone selama 4 minggu yang diharapkan menimbulkan terjadinya osteoporosis. Kemudian dilanjutkan dengan perlakuan sesuai dengan kelompok yang telah dibagi selama 4 minggu. Data yang diambil adalah rerata ketebalan trabekular femur mencit yang sebelumnya dikorbankan dengan cara dislokasi. Dilanjutkan dengan analisa ketebalan tulang trabekular dengan cara melihat gambaran histomorfometri tulang menggunakan mikroskop serta komputer dengan software motic image. Dari hasil pemotongan sampel tulang femur didapatkan data rerata tulang trabekular pada kelompok kontrol negatif sebesar 3,6 ± 0,5 μm. Sedangkan pada kelompok kontrol positif sebesar 7,1 ± 0,4 μm. Pada kelompok uji ekstrak dengan dosis ekstrak 2,8 mg/20 g BB mencit sebesar 5,7 ± 0,8 μm. Sedangkan pada kelompok uji kelompok kombinasi ekstrak Barleria lupulina dengan latihan fisik menggunakan treadmill sebesar 6,8 ± 0,8 μm. Hasil rerata ketebalan trabekular tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif memiliki nilai rerata ketebalan trabekular yang paling tinggi. Selanjutnya diikuti kelompok kombinasi, kelompok pemberian ekstrak saja, dan yang terakhir kelompok kontrol negatif.. Homogenitas data berat badan awal mencit dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif program SPSS. Data pada kelompok kontrol positif (tablet alendronat) menunjukkan rerata berat badan sebesar 29,750 ± 4,646 gram. Kelompok ekstrak sebesar 24,200 ± 4,207 gram. Kelompok kombinasi sebesar 30,200 ± 2,168 gram. Dan pada kelompok kontrol negatif sebesar 30,330 ± 0,577 gram. Didapatkan hasil bahwa data berat badan awal mencit dalam penelitian ini adalah homogen (p > 0,05) yang menggambarkan bahwa berat badan awal mencit tidak mempengaruhi hasil perlakuan.

Actions (login required)

View Item