IQBAL AYA SOFIA, 050810291 (2013) AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH HERBAL CAMPURAN HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN DAUN BUNGUR (Lagerstroemia speciosa L.) DAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Text (ABSTRACT)
download.php_id=gdlhub-gdl-s1-2013-sofiaiqbal-23367&no=6 Download (1kB) |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2013-sofiaiqbal-23367-1.FULLTEXT-min.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Ekstrak air panas dari sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) mempunyai efek hipoglikemik yang signifikan menurunkan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi aloksan (Hossain et. al,. 2007). Andrographolide adalah komponen aktif utama dari Andographis Paniculata yang mempunyai efek hipoglikemik dengan cara meningkatkan pemanfaatan glukosa (Zhang et al. 2009). Ekstrak rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa L.) yang diberikan kepada tikus yang dipuasakan selama 18 jam mampu menurunkan secara signifikan kadar gula dalam darah sebesar 43,20% dibandingkan dengan grup control normal. Corosolic acid, komponen aktif dalam Lagerstroemia speciosa menunjukkan aktivitas antidiabetik dengan mekanisme kerja mirip dengan insulin (Saha et al., 2009). Pada penelitian ini digunakan formulasi kombinasi dari teh herbal campuran herba sambiloto dan daun bungur dengan tujuan meningkatkan potensi efek hipoglikemik pada mencit diabetes hasil induksi aloksan. Aloksan monohidrat (150mg/kg BB) diinjeksikan secara intraperitonial untuk membuat keadaan hiperglikemik pada mencit galur Balb-C, berumur 8 minggu dan mempunyai berat antara 20 – 40 g. Lebih lanjut, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum diinduksi. Setelah induksi aloksan, kadar glukosa dalam darah mencit diamati pada hari ketiga. Mencit dengan kadar glukosa dalam darah di atas 200 mg/dL adalah yang digunakan dalam penelitian. Kemudian mencit diabetes hasil induksi aloksan dibagi menjadi 8 kelompok dengan 6 ekor mencit tiap kelompoknya. Glibenklamid (0,013mg/20g BB) digunakan sebagai kontrol positif dan suspensi CMC-Na 0,5% digunakan sebagai kontrol negatif. Kemudian terdapat kontrol normal yaitu mencit yang tidak mendapatkan perlakuan apa apa yang digunakan untuk mengamati profil kadar glukosa darah mencit pada saat dalam keadaan sehat. Kelompok I diberi perlakuan teh herbal herba sambiloto (0,4ml/20g BB). Kelompok II diberi perlakuan teh herbal bungur (0,4ml/20g BB). Kelompok III, IV dan V diberi perlakuan teh herbal sambiloto : bungur dengan dosis 0,4 ml/20g BB pada rasio masing-masing 2:1, 1:1, 1:2. Semua kelompok uji diberikan masing-masing bahan uji selama 7 hari kemudian didapatkan hasil rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-0 dan 7. Teh herbal tunggal sambiloto memiliki rata-rata penurunan kadar glukosa darah mencit diabetes hasil induksi aloksan paling besar yaitu 75.20±133.00 mg/dL. Teh herbal memiliki rata-rata penurunan kadar glukosa darah 24.20±103.33 mg/dL. Kemudian teh herbal kombinasi keduanya pada rasio 2:1, 1:1 and 1:2 memiliki rata-rata penurunan kadar glukosa darah 65.00±78.57 mg/dL, 49.00±60.74 mg/dL dan 32.80±98,72 mg/dL. Hasil ini menunjukkan bahwa teh herbal tunggal sambiloto (Andrographis paniculata Ness) mempunyai efek hipoglikemik lebih baik dari kelompok uji teh herbal lain. Data rata-rata kadar glukosa dalam darah mencit dari masing-masing kelompok pada hari ke-0 dan hari ke-7 dilakukan analisis statistik menggunakan Anova One Way yang kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test metode Tukey (p<0,05). Hasil yang didapatkan adalah hanya kontrol positif yang mempunyai perbedaan secara signifikan terhadap kontrol negatif. Profil metabolit sekunder menggunakan metode KLT-Densitometri (fase gerak klorofotm : methanol 9:1). Pada sinar UV 254 nm standar andrografolida muncul noda dengan harga Rf 0,68 sementara pada teh herbal sambiloto dan kombinasi juga terdapat noda dengan harga Rf mendekati standar yaitu berkisar 0,6 yang mengindikasikan adanya andrografolida. Pada sinar UV 366 nm standar andrografolida tidak muncul noda. Pada uji KLT dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat, standar andrografolida muncul noda berwarna ungu dengan harga Rf 0,5. Pada teh herbal sambiloto dan kombinasi muncul 4 noda berwarna ungu dengan harga Rf berkisar 0,2; 0,3; 0,5 dan 0,8. Noda dengan Rf 0,5 pada teh herbal sambiloto dan kombinasi mengindikasikan adanya andrografolida. Sementara itu teh herbal bungur tidak menampakkan noda. Data hasil pengamatan kadar glukosa darah mencit dari penilitian ini, memiliki nilai S.E.M yang sangat besar, nilai SD yang sangat besar dan KV yang juga sangat besar. Hal ini mengindikasikan bahwa data yang diperoleh memiliki variasi yang sangat besar dan tidak homogen. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya ada perbedaan variasi biologis antar hewan coba (meliputi kemurnian galur mencit, variasi umur dan perbedaan metabolisme tubuh) dan makanan. Hal tersebut untuk lebih diperhatikan dalam penelitian selanjutnya. Kaitan profil metabolit sekunder dalam penelitian ini adalah untuk menjamin kualitas produk pada proses standarisasi produk. Dengan cara membandingkan profil metabolit sekunder produk dengan profil metabolit sekunder yang telah dilakukan.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FF.FT.22/13 Sof a | ||||||
Uncontrolled Keywords: | HERBAL TEA | ||||||
Subjects: | Q Science > QK Botany | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | mrs hoeroestijati beta | ||||||
Date Deposited: | 18 Mar 2013 12:00 | ||||||
Last Modified: | 05 Jul 2017 00:21 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/9183 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |