Tuti Budirahayu (2015) Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara. In: Konferensi Nasional Sosiologi "Perempuan Membangun Bangsa Menuju Perubahan yang Bermakna". Universitas Alrlangga bekerjasama dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita / Gender dan Anak se Indonesia (ASWGI), Surabaya, pp. 298-313. ISBN 978-602-7037-3-8
Text (PROSIDING)
16A_Kekerasan di Sekolah Paradoks.pdf Download (213kB) |
|
Text (PEER REVIEW)
16_HASIL PEER DAN VALIDASI KADEP KARIL BU TUTI.pdf Download (2MB) |
|
Text (SIMILARITY)
16T_Upaya_Membangun_Generasi_Muda_Berkarakter_Adil_dan_Setara.pdf.pdf Download (3MB) |
Abstract
Berbagai bentuk kekerasan di sekolah semakin banyak diberitakan di berbagai media massa.Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid sesungguhnya potensial menyebabkan permusuhan, pengucilan, pengabaian, penindasan dan ketidakadilan. Bila anak didik terbiasa menerima berbagai bentuk kekerasan, maka perilaku yang ditampilkan dalam relasi sosialnya antara lain adalah rasa rendah diri, putus asa, menarik diri dari pergaulan, atau bahkan sebaliknya menjadi pemberontak dan pembuat masalah di sekitarnya. Tulisan ini bermaksud menunjukkan bahwa kekerasan dan ketidakadilan yang dialami anak-anak di sekolahseringkali terjadi dalam proses belajar-mengajar di kelas maupun di lingkungan sekolah.Data atau informasi yang digunakan dalam tulisan ini diambil dari hasil penelitian tentang kekerasan yang dialami siswa-siswa di Sekolah Dasar dengan karakteristik yang berbeda, khususnya yang berkaitan dengan proses pendidikan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Layanan pendidikan yang diterima siswa di sekolah unggulan dan nonunggulan cenderung berbeda, di mana perbedaan tersebut berkonsekuensi pada kesenjangan fasilitas pendidikan yang dapat dinikmati murid. (2) Iklim akademik yang berbeda di sekolah unggulan dan nonunggulan, membawa konsekuensi pada perbedaan bentuk-bentuk penghargaan dan hukuman yang dialami siswa di masing-masing sekolah, di mana penghargaan lebih sedikit diberikan kepada murid-murid di sekolah nonunggulan dibandingkan dengan hukumannya. Terbukti, cukup banyak siswa yang seringkali mendapatkan hukuman fisik dan verbal (yang terkategori sebagai bentuk kekerasan pada anak) untuk berbagai bentuk pelanggaran yang mereka lakukan. Sedikitnya penghargaan guru terhadap siswa, dan sebaliknya seringnya siswa mendapat hukuman atau kekerasan fisik, menunjukkan adanya tindakan atau perlakuan yang diskriminatif dari para guru terhadap murid-muridnya. Artinya, guru-guru di sekolah nonunggulan cenderung tidak menghargai eksistensi dan hak-hak murid.
Item Type: | Book Section | ||||
---|---|---|---|---|---|
Uncontrolled Keywords: | kekerasan, hukuman, sekolah dasar, murid, iklim akademik | ||||
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV697-3024 Special classes > HV1421-1441 Young adults. Youth. Teenagers |
||||
Divisions: | 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi | ||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Tn Slamet Triyono | ||||
Date Deposited: | 18 Aug 2020 10:31 | ||||
Last Modified: | 18 Aug 2020 10:31 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/97467 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |