IRMA YUNIARTI
(2011)
Penerimaan Waria Pondok Pesantren Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta terhadap Representasi Waria pada Tayangan Be A Man.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Hidup sebagai seorang waria dan sekaligus seorang muslim merupakan dua identitas yang diasumsikan peneliti sulit untuk berjalan beriringan. Hal ini mengingat wacana waria yang masih mengundang perbedaan pendapat di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Ditengah pergolakan wacana waria dalam Islam, muncul tayangan reality show Be A Man yang mengangkat sisi maskulinitas waria, dengan menyisipkan pesan mengenai bagaimana menjadi
laki-laki yang “seharusnya”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemaknaan waria ponpes Senin- Kamis Notoyudan- Yogyakarta terhadap representasi waria yang terdapat dalam tayangan reality show Be A Man. Teori yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: maskulinitas, Islam, Reality show, dan audiens media theory. Penelitian ini menggunakan metode Reception Analysis dengan Focus Group Discussion sebagai teknik untuk menggali pemaknaan. Kemudian, unit analisis pada penelitian ini adalah narasi verbatim informan. Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan peneliti, pemaknaan waria ponpes Senin-Kamis Notoyudan- Yogyakarta terhadap representasi waria pada tayangan Be A Man , meliputi pemaknaan fisik dan mental waria Be A Man. Selain itu, partisipasi waria pada tayangan Be A Man, dipersepsi informan sebagai wujud sisi lemah ekonomi waria. Informan penelitian ini juga merasakan bahwa representasi waria menjadi laki-laki dalam tayangan Be A Man, memberikan edukasi yang buruk mengenai waria. Pada akhirnya, peneliti melihat adanya resistensi waria ponpes Notoyudan terhadap tayangan Be A Man sampai ke arah perilaku menolak keberlanjutan acara tersebut. Hal ini dapat terjadi karena pondok pesantren secara tidak langsung dirasakan informan semakin meneguhkan pengakuan identitas mereka.
Kata Kunci : Waria, Islam, Reality show.
Actions (login required)
|
View Item |