Inge Dhamanti, 090410790 L (2007) UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA UNIT KERJA BERDASARKAN BUDAYA UNIT KERJA (Studi di RSU Haji Surabaya, RS Islam A.Yani suurabaya dan RS AlIrsyad Surabaya ). Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2008-dhamantiin-6355-tka57_0-k.pdf Download (535kB) | Preview |
|
Text (HALAMAN DEPAN)
gdlhub-gdl-s2-2008-dhamantiin-6355-tka57_0-1-minHLM DPN.pdf Restricted to Registered users only Download (584kB) | Request a copy |
||
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s2-2008-dhamantiin-6355-tka57_0-1-minFULLTEXT.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy |
||
Text (LAMPIRAN)
gdlhub-gdl-s2-2008-dhamantiin-6355-tka57_0-1-minLAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (192kB) | Request a copy |
Abstract
Budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, kepercayaan, nilai, dan norma yang diyakini di antara anggota organisasi. Rumah sakit seharusnya memiliki seperangkat asumsi, kepercayaan, nilai, dan norma (yang kemudian dilihat dan dipahami sebagai budaya organisasi rumah sakit); yang membedakan dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi yang dipahami dan dilaksanakan sepenuhnya oleh setiap anggota organisasi akan menjadi pedoman dalam berperilaku Berta berperan sebagai pendukung tercapainya kinerja organisasi yang tinggi. Berdasarkan data BOR dari tahun 2001 sampai 2005 di RSU Haji Surabaya (RSUH), RS Islam A.Yani Surabaya (RSIS) dan RS Al Irsyad Surabaya (RSAI) diketahui bahwa kinerja tiga rumah sakit tersebut belum efektif. Terdapat beberapa penyebab dari kinerja organisasi yang belum efektif, diantaranya adalah budaya organisasi. Oleh karena itu tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan efektivitas kinerja unit kerja berdasarkan budaya unit kerja di RSUH, RSIS dan RSAI. Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis budaya unit kerja yang meliputi dimensi process-result oriented, employee�task oriented, parokhial-professional, closed-open system, loose-tight controlled, dan normativepragmative; menganalisis kinerja unit kerja; menganalisis budaya di unit kerja yang kinerjanya efektif dan menyusun rekomendasi membangun budaya unit kerja untuk meningkatkan efektivitas kinerja unit kerja di RSUH, RSIS dan RSAI. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancang bangun cross sectional study. Unit analisis penelitian ini adalah unit kerja yang ada di RSUH, RSIS dan RSAI, yaitu unit rawat inap, unit rawat intensif, unit rawat jalan, unit gawat darurat, unit kamar operasi, unit laboratorium, unit radiologi, unit farmasi, unit fisioterapi dan unit gizi. Sumber informasi untuk penelitian ini berasal dari seluruh karyawan di unit kerja di RSUH, RSIS dan RSAI yang menjadi responden serta data sekunder yang ada di RSUH, RSIS dan RSAI . Hasil pengukuran terhadap dimensi budaya mendapatkan hasil dimensi budaya unit rawat inap terdiri dari dimensi budaya process-kuat, result-kuat, employee-kuat, professional-kuat, open-lemah, tight-kuat, normative-kuat dan pragmative. Dimensi budaya di unit rawat intensif (ICU) adalah professionalkuat, open-lemah, normative-kuat dan pragmative. Dimensi budaya di unit rawat jalan adalah process-kuat, employee-kuat, tight-kuat, normative-kuat dan pragmative. Dirnensi budaya di unit gawat darurat yaitu process-kuat, result kuat, professional-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya di unit kamar operasi yaitu employee-kuat, professional-kuat, closed-lemah, loose-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya di laboratorium yaitu professional-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya di unit radiologi adalah professional-kuat, normative-kuat dan pragmative. Dimensi budaya di unit farmasi yaitu processkuat, professional-kuat dan pragmative. Dimensi budaya di unit fisioterapi yaitu pragmative. Sedangkan di unit gizi, dimensi budaya yang sama yaitu process-kuat dan pragmative. Hasil pengukuran terhadap kinerja menunjukkan bahwa kinerja unit rawat inap efektif kecuali di RSUH dan RSIS. Kinerja unit rawat intensif efektif kecuali di RSIS. Kinerja unit rawat jalan efektif kecuali di RSIS. Kinerja unit gawat darurat efektif kecuali di RSIS. Kinerja unit kamar operasi secara keseluruhan tidak efektif. Kinerja laboratorium secara keseluruhan efektif. Kinerja unit radiologi efektif kecuali di RSUH dan RSAI. Kinerja unit farmasi secara keseluruhan efektif. Kinerja unit fisioterapi efektif kecuali di RSIS dan RSAI. Kinerja unit gizi efektif kecuali di RSAI. Pemetaan budaya dominan di unit kerja yang kinerjanya efektif yaitu budaya unit rawat inap yang kinerjanya efektif yaitu process-kuat, result-kuat, employee-kuat, professional-kuat, tight-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya unit rawat intensif yang kinerjanya efektif yaitu process-kuat, professional-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya unit rawat jalan yang kinerjanya efektif yaitu process-kuat, employee-kuat, professional-kuat, tight-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya unit gawat darurat yang kinerjanya efektif yaitu process-kuat, result-kuat, professional-kuat, tight-kuat, dan pragmative. Kinerja unit kamar operasi secara keseluruhan tidak efektif sehingga tidak dapat diketahui budaya pada unit kamar operasi yang kinerjanya efektif. Budaya unit laboratorium yang kinerjanya efektif yaitu professional-kuat, normative-kuat, dan pragmative. Budaya unit radiologi yang kinerjanya efektif yaitu professional-kuat, normative-kuat dan pragmative. Budaya unit farmasi yang kinerjanya efektif yaitu process-kuat, professional-kuat dan pragmative. Budaya unit fisioterapi yang kinerjanya efektif yaitu professional-kuat, loose-kuat, open-kuat dan pragmative. Budaya unit gizi yang kinerjanya efektif yaitu process kuat dan pragmative Rekomendasi disusun peneliti untuk membangun budaya process oriented di unit ICU RSIS dan unit radiologi RSAI; membangun budaya employee oriented di unit radiologi RSAI; membangun budaya professional yaitu di unit rawat jalan RSIS, unit fisioterapi RSIS dan RSAI; membangun budaya open system di unit fisioterapi RSIS; membangun budaya loose controlled di unit radiologi RSUH dan unit fisioterapi RSIS dan RSAI; dan membangun budaya tight controlled di UGD RSIS dan unit radiologi RSUH. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk pihak manajemen RSUH, RSIS dan RSAI yaitu 1) Untuk membangun suatu budaya diperlukan waktu bertahun-tahun, untuk itu kepala unit hendaknya mengajak anggota untuk membentuk komitmen, dan secara berulang mengingatkan komitmen tersebut baik melalui forum formal maupun informal, 2) Sangat penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan manajer mengenai budaya yang akan dibentuk melalui suatu forum khusus. Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1) Perlu dilakukan peng..;mbangan atau modifikasi instrumen budaya dengan menggunakan dimensi budaya Hofstede, 2) Disarankan untuk mengkaji lebih lanjut adanya kontradiksi budaya pada satu unit kerja baik dari faktor budaya, kepemimpinan atau dari faktor lain.
Item Type: | Thesis (Thesis) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK TKA 57/07 Dha u | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | organizational culture, Hofstede culture dimensions, organizational performance, effectiveness | |||||||||
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD58.7-58.95 Organizational behavior, change and effectiveness. Corporate culture R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA960-1000.5 Medical centers. Hospitals. Dispensaries. Clinics |
|||||||||
Divisions: | 10. Fakultas Kesehatan Masyarakat > Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Dhani Karolyn Putri | |||||||||
Date Deposited: | 2016 | |||||||||
Last Modified: | 06 Jun 2017 21:15 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/34247 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |