Rudolf Chrysoekamto, 090014117
(2003)
DINAMIKA CIVIL SOCIETY : STUDI DESKRIPSI MASYARAKAT SIPIL DI DESA ANTIROGO.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Tulisan ini bertemakan tentang dinamika civil society di desa antirogo. Masalah penting yang problematik adalah bagaimana budaya pendhalungan, yang menjadi budaya khas desa ini dan dalam batas-batas tertentu equivalen dengan prinsip-prinsip yang ada dalam bangunan civil society, mampu menjadi arena bagi persemian atau embrio pertumbuhan civil society di desa antirogo. Masalah lain yang cukup krusial adalah adakah polarisasi politik pada proses sebelum selama, dan sesudah pemilu 1999 berlangsung di desa ini. Dan kalupun ada polarisasi, bagaimana bentuknya dan mengapa polarisasi politik itu terjadi. Hal-hal semacam ini bagi peneliti merupakan tantangan akademik tersendiri, utamanya bagi penggalian realitas lokal yang mampu menjadi penjelas bagi keberadaan civil society di pedesaan di tengah-tengah perdebatan ada tidaknya realitas bangunan civil society di area lokal. Konsep-konsep yang hendak diajukan sebagai penjelas bagi realitas yang ada di desa ini berkisar pada konsep civil society dalam sejarah perkembangannya beserta ,perdebatannya sekaligus bagaimana bentuk rill dan idealnya di Indonesia; Konsep dinamika kelompok (groups) yang sedikit banyak relevan untuk menjelaskan posisi kelompok sebagai bagian yang penting pada bangunan civil society; Konsep patrontclient relationship yang umum sebagai penjelas di lokal pedesaan Indonesia yang dalam batas-batas tertentu harus didekonstruksi untuk menjawab permasalahan sekitar patronase yang dalam budaya tertentu terus berubah dalam sebuah masyarakat tidak saja di perkotaan tetapi di pedesaan. Temuan di lapangan yang paling signifikan adalah, pertama, adanya kemandirian dalam bidang politik utamanya realitas yang mengemukan di dukuh jambuan (seperti yang tampak pada data pemilu serta data pilihan santri dan masyarakat pada pemilu 1999) yang bisa menunjukkan adanya embrio bangunan civil society di dukuh jambuan; kedua, adanya polarisasi politik di mana ada satu pihak yang mandiri dan apolitik, sementara yang lain menunjukkan partisipasi aktifnya dalam merespon pemilu 1999. Polarisasi ini terjadi karena ikatan yang kuat terhadap patront yang dianut. Untuk konteks jambuan, sebagai sebutan untuk jama'ah ayat kursyi, kemandirian ini lahir sebagai basil pemahaman santri mahasiswa dan masyarakat sekitar yang melihat berpolitik phragmatis merupakan hal tabu, Sehingga asiasah atau berpolitik yang mereka anut lebih berdimensi idealistik. Sementara itu, realitas yang muncul di dukuh krajan adalah adanya perilaku politik realistis phragmatik. Keberadaan pondok pesantren Nurul Islam yang memiliki kecenderungan kepada PKB adalah alasan utama bagi munculnya varian realistis phragmatik. Realitas ini melahirkan dua varian, yaitu varian idealistik sebagai cerminan santri dan masyarakat sekitar jambuan dan varian realistik phragmatis untuk menjelaskan santri dan masyarakat sekitar pondok Nurul Islam krajan. Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa secara umum realitas masyarakat desa ini secara eksplisit belum bisa menjadi penjelas adanya bangunan civil society. Namun realitas khusus yang tampak di dukuh jambuan boleh jadi menjadi penjelas terdapatnya embrio yang memungkinkan pertumbuhan bangunan civil society di desa ini. keberadaan jama'ah ayat kursyi dan kelompok tani tembakau H Nur Hasyim adalah representasinya. Makna keberadaan embrio ini sangat penting, karena bangunan civil society salah satunya mensyaratkan adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mandiri dan jauh dari intervensi negara.Kontribusi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif penjelas menyusul masih adanya stereotype yang konotatif mengenai kedudukan desa yang statis tradisional, dan jauh dari bayangan modern. </description
Actions (login required)
|
View Item |