ANNIS CATUR ADI, Ir., M.Si (2005) COPING MECHANISM KELUARGA MISKIN DALAM MEMPERTAHANKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA SAAT RAWAN PANGAN: Studi di Daerah Rawan Pangan Gizi Kabupaten Kediri, Jawa Timur. UNIVERSITAS AIRLANGGA, -. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-adiannisca-7211-lp3708-t.pdf Download (558kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
495. 40417-ilovepdf-compressed.pdf Download (689kB) | Preview |
Abstract
Masalah gizi utama menjadi semakin serius akibat terjadi krisis ekonomi dan politik yang diperparah dengan adanya berbagai bencana (kekeringan, dll) di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Bencana kekeringan yang terjadi di Jawa Timur, termasuk di Kab. Kediri, telah berdampak pada penurunan produksi dan mempengaruhi ketersediaan pangan ditingkat rumahtangga, terutama pada keluarga miskin (gakin). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari coping mechanism polah keluarga miskin dalam mempertahankan ketahanan pangan rumah tangganya yang terganggu dan status gizi di daerah rawan pangan Kabupaten Kediri Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif dan dilakukan secara cross sectional . Populasi penelitian adalah rumahtangga / keluarga miskin (berdasarkan kriteria kemiskinan yang berlaku setempat) di daerah rawan pangan gizi kecamatan terpilih Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sasaran penelitian adalah keluarga miskin yang mempunyai balita di daerah rawan pangan-gizi di wilayah terpilih di Kabupaten Kediri yaitu Kecamatan Gampenrejo dan Semen. Besar sampel (sasaran) penelitian ditetapkan secara Quota Sampling, yaitu sebesar 50 keluarga miskin (gakin). Secara purposive dengan memperhatikan aspek proporsional, maka ditetapkan secara langsung besar sample di wilayah Kecamatan Gampengrejo (timur sungai) yaitu 20 keluarga dan kecamatan Semen (barat sungai) yaitu 30 keluarga sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keluarga miskin (gakin) dikedua wilayah kecamatan sebagian (>50,0%) terdiri dari 5-6 orang (tergolong keluarga sedang), orang tua (ayah dan ibu) balita (>70,0%) berpendidikan masih rendah (tamat SD) dengan usia ibu antara 20 � 30 tahan dan ayah 30 - 40 tahun, bermata pencaharian utama sebagai buruh bangunan dan buruh tani dengan pendapatan yang rendah (masih dibawah garis kemiskinan). Ibu balita (isteri ) di Kecamatan Gampengerjo sebagian besar (45,0% ) memiliki tingkat pengetahuan pangan dan gizi yang cukup dan sebaliknya ibu di kecamatan Seman masih kurang (43,3%). Kejadian rawan pangan (paceklik) terjadi pada musim kemarau (Agustus � Oktober) maupun musim penghujan ( Maret � Mei.). Puncak paceklik keluarga miskin di wilayah kecamatan Gampenrejo pada bulan Maret dengan penyebab utama paceklik karena sulitnya mencari pekerjaan, sedangkan di kecamatan Semen terjadi pada bulan September dengan penyebab uatama paceklik karena produksi menurun dan sulitnya pekerjaan. Keluarga miskin (gakin) di kedua wilayah sebagian besar memperoleh pangan dengan cara membeli, baik pada saat paceklik maupun tidak paceklik. Adapun cara lainnya adalah dengan menerima bantuan dari program pemerintah (Raskin) atau pemberian tetangga. Pengolahan makanan pada saat paceklik dan tidak paceklik relative sama, kecuali dalam pengolahan makanan pokok, dimana terjadi perbedaan dengan adanya campuran bahan singkong. Semakin lama pacekilik, komposisi campuran singkong cenderung makin banyak. Sisa makanan sehari �hari pada saat paceklik relative sedikit dan sisa makanan tersebut diotimalkan sebagai karak (beras kering yang nanti dapat diolah kembali) atau diolah sebagai krupuk puli (lauk) baik untuk konsumsi sendiri atai dijual. Ketersediaan bahan makanan keluarga miskin pada saat packelik untuk jenis pangan pokok beras atau campuran ( beras- singkong, beras jagung) sebagian besar (>50%) menyatakan relative cukup makan untuk sehari-hari, namun jenis pangan lain (lauk, sayur, buah) dirasakan sebagian besar keluarga (>70%) kurang bahkan sebagian lain dala keadaan sangat kurang. Pola kebiasaan makan keluarga gakin pada saat tidak paceklik sebagian besar 3 kali sehari dengan variasi antara 2 -3 kali per hari, namun pada saat paceklik bervariasi 1 � 3 kali per hari, serta ada sebagian kecil keluarga (6,7%) yang hanya makan 1 kali/hari. Adanya packelik menyebabkan adanya perubahan kebiasaan makan (jumlah dan jenis) pada sebagian (> 25 %) keluarga miskin, terutama dikecamatan Semen. Status gizi balita dikedua wilayah sebagian besar (> 60%) tergolong normal (baik), namun pada saat paceklik terjadi peningkatan kejadian balita kurang energi protein (KEP) meskipun masih dalam taraf ringan (KEP ringan). Status gizi ibu bervariasi dari kurus tidak sehat hingga obesitas, namun sebagian besar (>70%) tergolong normal. Aset keluarga berupa barang elektronik (TV, radio), sepeda dan ternak kecil (ayam,itik) dimiliki sebagian besar keluarga miskin, dan menjadi alat tukar yang mudah dan cepat untuk memperoleh uang atau pangan. Harga pangan cukup bervariasi antar tempat dan antar waktu. Harga pangan justru mengalami kenaikan cukup besar (> 25%) terutama pada pangan pokok (jagung, singkong dan beras) dibandingkan bahan pangan lain. Ibu (isteri) berperan sebagai penentu menu hidangan keluarga sekaligus penentu pendistribusian dalam keluarga. Meskipun mempunyai otoritas (wewenang) , ibu tidak pernah memprioritaskan dirinya dalam pendistribusian makan dalam keluarga. Pertimbangan dalam menyusun menu keluarga, ibu lebih banyak menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan serba terbatas, daripada pertimbangan lain, termasuk aspek gizi dan kesehatan karena keterpaksaan. Coping mechanism yang dilakukan keluarga bervariasi, baik dengan upaya preventif (pengasuhan makan yang baik dan perawatan anak guna menjaga agar tidak sakit), mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta dengan meningkatkan upaya memperoleh alat tukar pangan. Berhutang (pada pedagang sayur, tetangga, saudara, majikan, dll) merupakan pilihan terakhir Disarankan, perlu dilakukan upaya peningkatan pendapatan keluarga berbasis pertanian maupun non pertanian yang bersifat padat karya, terutama pada saat bulan¬-bulan paceklik yaitu musim kemarau (Agustus - Oktober) maupun musim penghujan ( Maret - Mei). Upaya peningkatan ketersediaan dan mutu pangan pada saat paceklik,perlu dilakukan dengan membuat formula bahan pangan olahan berbasis pangan local sebagai pangan alternative sehingga meskipun terjadi kelangkaan beras dan lainnya, mutu konsumsi keluarga dapat terjaga. Mengingat ibu (istri) mempunyai peran dominan dalam menjaga dan mengatur mutu dan jumlah makanan dalam keluarga, sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan pangan gizi dan kesehatan agar dapat mengatur makanan dan strategy coping mechanism yang lebih baik.
Item Type: | Other | ||||
---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK LP.37/08 Adi c | ||||
Uncontrolled Keywords: | Nutrition status | ||||
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA601-602 Food and food supply in relation to public health | ||||
Divisions: | 10. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Research > Exacta |
||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Tn Fariddio Caesar | ||||
Date Deposited: | 30 Oct 2016 23:49 | ||||
Last Modified: | 20 Jun 2017 18:07 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40417 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |