LIYA SETIOWATI (2005) MINKE DAN NYAI ONTOSOROH SEBAGAI SUBJEK ANTIKOLONIAL DAN UPAYA-UPAYA PERLAWANANNYA DALAM TETRALOGI PULAU BURU PRAMOEDYA ANANTA TOER. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

	Text (HALAMAN JUDUL) 1_ HALAMAN JUDUL.pdf Download (593kB)
	Text (DAFTAR ISI) 2_ DAFATR ISI.pdf Download (501kB)
	Text (ABSTRAK) 3_ ABSTRAK.pdf Download (519kB)
	Text (BAB I) 4_ BAB I PENDAHULUAN.pdf Download (1MB)
	Text (BAB II) 5_ BAB II.pdf Download (1MB)
	Text (BAB III) 6_ BAB III.pdf Download (2MB)
	Text (BAB IV) 7_ BAB IV.pdf Download (1MB)
	Text (BAB V) 8_ BAB V SIMPULAN DAN SARAN.pdf Download (643kB)
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 9_ DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (512kB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji hubungan antara penjajah dan pribumi yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Pengukuhan indentitas rasial oleh kelompok superior membuat pribumi terpelajar bangkit dan menuntut persamaan. Proses menuju kesadaran untuk diperlakukan sama dan sederajat dengan kolonial serta upaya apa saja yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Perlawanan pribumi terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan penjajah diwakili oleh dua tokoh dalam Tetralogi, yaitu Minke dan Nyai Ontosoroh. Interaksi yang melibatkan penjajah dengan daerah dan masyarakat koloninya, serta hal-hal apa saja yang mewarnai pertemuan dua "dunia" yang berbeda itu, dikaji dengan memanfaatkan teori poskolonial. Inti kajian dari teori ini adalah membantu memahami masa lalu, tentang hubungan yang simbiotik antara penjajah dan yang dijajah, pengalaman-pengalaman kolonisasi dan benturan-benturan dengan kekuatan imperal. Dua hal yang menjadi kajian utama dalam melihat hubungan antara penjajah dan terjajah dalam kajian Poskolonial adalah mimikri dan ambivalensi.

Actions (login required)

View Item